Sejarah
Mahasiswa Indonesia di era 60-an, 70-an hingga 1998, sangat dikenal sebagai
sosok agen pembaharu dalam perkembangan bangsa. Mahasiswa sangat kritis dan
peka terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kita bisa
melihat tahun 60-an dimana Mahasiswa melakukan aksi TRITURA (tiga tuntutan
rakyat), pada tahun 1974 kita juga mengenal peristiwa “MALARI” (malapetaka 15
Januari), dan terakhir pada tahun 1998 dimana Mahasiswa berhasil “menaklukan”
orang paling berpenguasa di Indonesia selama 32 tahun, meski dibalik peristiwa
ini juga banyak kepentingan yang masuk.
Dari
berbagai peristiwa bersejarah itu seakan merepresentasikan bahwa Mahasiswa
mengerti dan peduli terhadap problematika yang menyelimuti negeri ini, dari
sana juga kita bisa melihat betapa hebatnya mahasiswa bisa menjalin kekuatan
massa yang cukup besar dalam merobohkan dominasi penguasa tunggal negeri ini
meski upaya perobohan rezim itu baru terealisasi pada 1998.
Berbicara
mengenai sejarah mahasiswa Indonesia tentunya akan sangat panjang dan penuh
perjuangan. Namun berbicara mengenai mahasiswa Indonesia sekarang, seakan tidak
pernah jauh dari kehidupan malam, shopping, mall, travelling, drugs, free sex,
alcohol, dan sebagainya, meski juga banyak prestasi internasional yang diraih
mahasiswa indonesia.
Yah,
kita tidak bisa menyalahkan atau mempermasalahkan mahasiswa yang demikian,
karena mereka seperti itu karena sistem yang tercipta, yakni bea masuk
perguruan tinggi yang mahalnya bukan main baik swasta maupun negeri, apalagi jika
kita menengok UGM, UI dan ITB, mahalnya bukan main.
Mungkin
karena kebanyakan berisikan orang-orang yang mapan secara ekonomi (mengingat
masuk kuliah bisa lewat jalur swadaya/kemitraan/kasaranya jalur duit. Baca juga
tulisan penulis “sekilas tentang
hedonisme” di kompasiana tentunya) atau orang-orang yang kuliah
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dengan gaji tinggi, sehingga mereka
apatis aja deh dengan segala permasalahan di negeri ini. Ndak perlu repot-repot mikirin
politik, pemerintahan, permaslahan bangsa dan lain sebagainya, sekarang yang
dipikirin gimana caranya biar bisa kuliah dengan IP yang bagus terus dapat
kerja, kuliah sambil kerja, atau kuliah sambil bersenang-senang. Dimana dari
aktivitas itu, tentunya secara tidak langsung menjauhkan mereka dari masyrakat,
maka jangan heran jika mahasiswa sudah tidak lagi menjadi penyambung lidah
rakyat alias tidak lagi menjadi agen perubahan layaknya mahasiswa angkatan
60-an hingga 1998. Mahasiswa bukan lagi sosok kritis yang peka terhadap segala
perubahan yang ada di sekitarnya, padahal harapan masyarakat terhadap mahasiswa
juga cukup besar karena masyarakat beranggapan bahwa mahasiswa adalah sosok
intelektual yang bisa menyalurkan aspirasi rakyat.
Namun
tampilan mahasiswa sekarang seakan meragukan masyarakat untuk “meminta”
pertolongan mahasiswa, mengingat sekarang mahasiswa lebih suka menampilkan
sosok eksklusif yang tidak bisa merasakan derita rakyat dan memhami
problematika bangsa. Mereka hanya bisa ngemall, dugem, ngedrugs, free sex,
autis dengan dunianya, dan lain sebagainya. Mungkin orang-orang desa saja yang
masih berpikiran bahwa mahasiswa itu orang pinter dan bisa banyak bantu
masyarakat (ini dampak dari program KKN). Hehehe
Sekarang
semakin sedikit mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi, baik organisasi
ektra kampus (HMI,GMNI,PMII,KAMMI,dll) maupun himpunan mahasiswa jurusan hingga
BEM. Yah, mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan bersenang-senang,
sukur-sukur ada yang bekerja atau belajar.
Penulis
secara pribadi juga mengakui bahwa mahasiswa sekarang lebih menampilkan sosok
“arogan” secara intelektual dan sosok yang “apatis” dengan segala perubahan
yang ada di masyarakat. Mereka lebih menampilkan eksklusivitas dengan hanya
berkumpul sesama mahasiswa tanpa ada dialektika atau obrolan yang bermanfaat,
hanya bersenang-senang dan ngegosip sana-sini. Sedangkan yang arogan secara
intelektual lebih banyak mengahabiskan waktu dengan belajar tanpa peduli ada
apa dengan temannya atau masyarakat, yang penting kuliah dapet IP Cumlaude dan
bisa bicara hanya berdasar teori tanpa implementasi.
Mahasiswa
oh mahasiswa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar