
Menjelang perang uhud, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa’d bin Abi Waqqash untuk berdo’a.
Ajakan itu disetujui oleh Sa’d. Keduanya mulai berdo’a. Sa’d berdo’a
terlebih dahulu: “Tuhanku, jika nanti aku berjumpa dengan musuhku,
berilah aku musuh yang sangat perkasa. Aku berusaha membunuh dia dan dia
pun berusaha membunuhku. Engkau berikan kemenangan kepadaku sehingga
aku berhasil membunuhnya dan kemudian mengambil miliknya (sebagai rampasan perang).”
Abdullah mengaminkannya. Tiba giliran Abdullah berdo’a: Tuhanku,
berilah aku musuh yang gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya, dan ia berusaha membunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan telingaku. Kalau nanti aku bertemu dengan-Mu. Engkau akan bertanya, ‘man jada’a anfaka wa udzunaka?’
(Siapa yang telah memotong hidung dan telingamu?). Aku akan menjawab
bahwa keduanya terpotong ketika aku berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasulullah (fika wa fi rasulika). Dan Engkau, ya Allah akan berkata, “kamu benar!” (shadaqta).Sa’d mengaminkan do’a Abdullah tersebut. Keduanya berangkat ke medan Uhud dan do’a keduanya dikabulkan oleh Allah.
Sa’d bercerita kepada anaknya, “Duhai anakku, do’a Abdullah lebih baik daripada do’aku. Di senja hari aku lihat hidung dan telinganya tergantung pada seutas tali.”
Kisah ini telah melukiskan sebuah cara untuk mengukur cinta kita
pada Allah. Sementara banyak orang yang berdo’a agar mendapat ini dan
itu, seorang pencinta sejati akan berdo’a agar dapat bertemu dengan
kekasihnya sambil membawa sesuatu yang bisa dibanggakan.
Ketika di padang mahsyar nanti Allah bertanya pada anda: “Dari mana kau peroleh hartamu di dunia?” Anda akan menjawab, “harta itu kuperoleh dengan kolusi dan korupsi, dengan memalsu kuitansi, dengan mendapat cipratan komisi.”
Allah bertanya lagi, “apa saja yang telah engkau lakukan di dunia?”
“Kuhiasi hidupku dengan dosa dan nista,
tak henti-hentinya kucintai indah dan gemerlapnya dunia hingga aku
dipanggil menghadap-Mu.” Allah dengan murka akan menjawab, “kamu benar!”
Bandingkan dengan seorang hamba lain yang ketika di padang mahsyar
berkata pada Allah: “Telah kutahan lapar dan dahaga di dunia, telah
kubasahi bibirku dengan dzikir, dan telah kucurahkan waktu dan tenagaku
untuk keagungan nama-Mu, telah kuhiasi malamku dengan ayat suci-Mu dan
telah kuletakkan dahiku di tikar sembahyang bersujud di kaki kebesaran-Mu.”
Dan Allah akan menjawab, “kamu benar!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar