Berani menjejakkan kaki di permukaan bumi tanpa
mengenal jati diri, itu perbuatan yang sangat riskan. Bisa saja kita
survive, tapi kita akan kehilangan banyak hal. Karena hidup itu memiliki
mimpinya sendiri, maka salah satu yang akan sulit kita raih adalah
impian (visi) tersebut. Karena hidup memiliki misi tersendiri, maka
kehidupan yang tidak mengenal jati dirinya, akan melalaikan misi itu..
The Human, in Islamic Paradigm
Manusia adalah makhluk yang paling mencengangkan
di alam semesta ini. Manusia dianugerahi akal. Bahkan akal tersebut
digunakannya lagi untuk kerja rekursif: memikirkan hakekat dirinya
sendiri, hakekat eksistensinya yang unik di jagad raya.
Maka berbagai disiplin ilmu ikut andil mempelajari
manusia. Mulai dari filsafat, psikologi, sosiologi, teologi, ekonomi,
dsb. Berbagai disiplin ilmu itu memandang manusia dari berbagai sudut
dimana disiplin ilmu itu berdiri, dan menggunakan kacamata egocentris:
memandang manusia berdasarkan bingkai disiplin ilmu tersebut.
Sehingganya, tak satu pun yang utuh menjabarkan manusia secara sempurna.
Andai kata kita mencoba memahami diri kita sendiri
menggunakan akal yang kita miliki, maka keterbatasan yang menjadi sifat
mutlak manusia akan membenturkan kita untuk mendapatkan jawaban yang
utuh mengenai teka-teki yang hebat ini. Tapi Allah SWT, yang telah
menciptakan manusia dengan tangan kanan-Nya sendiri – dan semua tangan
Allah adalah kanan, telah memberikan petunjuk mengenai manusia yang
tertuang dalam wahyu. Dasar yang tepat dalam berteori tentang eksistensi
manusia.
Manusia memiliki tiga unsur: hati, akal dan jasad.
Hati membentuk keputusan yang bersumber dari keyakinan (Qs 75:14),
memiliki kehendak (Qs 18:29) dan kebebasan memilih (Qs 90:10). Akal
Allah berikan, mampu membentuk pengetahuan (Qs. 17:36). Sedangkan jasad
adalah unsur yang melakukan amal (Qs. 9:105).
Dengan akal, hati, dan jasad manusia dapat beribadah.
Untuk apa manusia diciptakan?
Perspektif Islam menjawab semua ini.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mukmin:115)
1. Untuk beribadah kepada Allah SWT
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariat : 56).
Semua ciptaan Allah selaras menyembah-Nya. Hal ini
adalah sebuah sunnatullah. Sejalan dengan itu, manusia pun pada
hakikatnya diciptakan untuk menyembah Allah swt. Hanya saja pada
penyembahan itu, manusia memiliki freewill apakah dia hendak
menyembah-Nya atau tidak. Kebebasan kehendak itu pada akhirnya akan
dipertanggungjawabkan.
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya
bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara)
sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (An-Nur:41)
2. Untuk menjadi khalifah di Bumi
“…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” (Qs. Hud:61).
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi”…” (Qs. 2:30).
Sejatinya, manusia adalah makhluk pembangun yang
cerdas untuk bumi ini. Tetapi, kita malah melihat kerusakan di
mana-mana. Ozon yang bocor, pemanasan global, hingga terumbu karang yang
terancam punah.
Manusia telah menyetujui untuk memikul amanat yang
ditawarkan oleh Allah. Hanya saja, kebodohan dan kezaliman yang lekat
pada manusia telah memalingkannya dari misi yang utama ini.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat
bodoh. (Qs. Al-Ahzab:72).
3. Sebagai ujian, siapakah di antara kita yang lebih baik amalnya.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk:2).
Allah telah menggelar kompetisi di bumi ini, yang
kelak akan menentukan gelar khoirul bariyyah (sebaik-baik makhluk, Qs
98:7), dan syarrul bariyyah (makhluk yang buruk Qs 98:6).
Sifat-sifat Manusia
Beberapa berikut ini adalah watak dasar manusia.
Manusia memiliki watak yang kebanyakan buruk. Lalu Islam datang untuk
meng-upgrade watak-watak manusia, sehingga meninggalkan watak yang buruk
dan memiliki watak yang baik sebagai identitas seorang mukmin.
Sifat dasar manusia itu antara lain:
- Tergesa-gesa (17:11, 21:37)
- Berkeluh kesah (70:19, 90:4)
- Gelisah (70:20)
- Tak mau berbuat baik (70:21)
- Pelit (17:100)
- Kufur (14:34)
- Pendebat (18:54)
- Pembantah (100:6)
- Zalim (14:34)
- Jahil (33:72)
Coba periksa adakah sifat-sifat tersebut pada diri kita?
Sesungguhnya sifat-sifat tersebut adalah sifat
dasar manusia. Seorang mukmin seharusnya telah ter-upgrade wataknya,
tidak lagi memiliki sifat-sifat dasar tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar