Kamis, 10 November 2011

Kenyataan Yang Pahit

Di malam yang dingin ini
Aku duduk di luar sambil memandang rumah-rumah warga yang mulai sepi
Tidak ada lagi canda tawa penghuninya
Semuanya mulai tidur sambil berkhayal agar bermimpi indah
Sementara aku…
Aku hanya duduk terdiam di atas beranda kosanku
Membayangkan apa yang terjadi tadi sore
Suatu kalimat yang menyiksa hatiku
Tapi aku harus tau dan aku harus menerima kenyataan itu
Cepat atau lambat hal itu akan terjadi
“Sayang, maafkan aku kalo aku harus jujur padamu. Hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi. Orang tuaku sudah menyiapkan calon istri buatku dan aku tidak bisa menolaknya. Karena aku anak satu-satunya dari orang tuaku. Aku yang mewarisi semua harta benda keluargaku turun temurun dan keturunan keraton.”
Aku hanya mengenalnya sebagai sosok manusia biasa
Yang tidak terikat adat istiadat, pewaris harta, atau gelar keraton
Sosok anak manusia yang sederhana
Aku hanya terdiam mendengar pengakuan dari mulutnya
Sebuah pengakuan yang harus aku telan mentah-mentah
Ternyata kekasihku seorang anak keturunan keraton
Hal yang selama ini tidak aku ketahui
Hal yang tidak pernah dia katakan padaku saat pertama kali kita kenal
Selamat tinggal kekasihku
Maafkan aku selama ini jika punya salah padamu
Aku harap kamu tidak khawatir denganku
Karena aku baik-baik saja
Aku akan selalu berdoa kepada Allah
Agar kamu bahagia bersamanya
Seorang wanita yang dipilih orang tuamu
Wanita yang sejajar denganmu yang pantas bersanding denganmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar