Kamis, 06 September 2012

Paradigma Berpikir Mahasiswa dan Masa Depan Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia dengan segala keragaman yang dimilikinya tersusun atas pelbagai lapisan masyarakat –Mulai rakyat biasa sampai kalangan elit-. Mahasiswa menempati posisi mediasi dan interkoneksi antara rakyat dan elit. Namun yang jadi tanda tanya besar saat ini adalah, sudahkah para mahasiswa mengambil peran strategis yang mereka miliki? Jawabannya belum. Lalu, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana bisa hal ini terjadi? Pasti ada sesuatu yang menyebabkannya terjadi, salah satu faktor penyebabnya adalah pola pikir mahasiswa saat ini yang mulai bergeser dari euforia pergerakan menuju pragmatisme pribadi dan golongan. Hal ini dapat diamati lewat tingkat kecendrungan mahasiswa dalam proses studinya yang semakin academic oriented, terbukti lewat tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang selalu ramai di awal tahun, namun semakin sepi di tahun-tahun berikutnya.
Sebagaimana diketahui bahwa mahasiswa memiliki tiga peran penting dalam menyusun peradaban di bumi ini. Peran-peran tersebut adalah: Agent Of Change, Iron Stock dan Moral Force. Namun, sudahkah semua mahasiswa mengerti dengan triangular role of students ini? Kenyataanya tidak semuanya mengerti akan hal ini. Biaya pendidikan yang semakin melambung akibat kebobrokan birokrasi dan sistem yang dijalankan universitas menjadi poin penting awal dimana kita harus mulai melangkah dalam memahami permasalahan ini. Lalu, hal ini diperparah dengan tuntutan akademis yang semakin padat, sehingga menyebabkan banyak mahasiswa lebih cenderung terfokus pada kegiatan akademiknya saja dan mengenyampingkan hal-hal lain yang bersifat kontributif bagi sesamanya. Hal ini ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan universitas yang mulai “mengkebiri” kegiatan-kegiatan eksekutif kemahasiswaan yang terkadang membuat gerah para pemangku kebijakan di ranah universitas maupun di tingkat nasional.  Mungkinkah dibalik ini semua ada rekayasa yang ingin mereduksi peran strategis mahasiswa, sehingga bangsa ini kehilangan aset-aset strategisnya dan mempu diperbudak oleh political interest tertentu?
Sebagai contoh sederhana antara lain: kebijakan kenaikan BBM, pemilihan rektor UGM tahun ini, rencana pengesahan RUU PT, hancurnya tatanan ekonomi global dsb., tidak digubris oleh kebanyakan mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa lebih asyik dengan kegiatan akademiknya demi mendapatkan nilai yang bagus tanpa mau mempedulikan keadaan sekitarnya. Hal ini terbukti dengan sedikitnya jumlah artikel atau karya ilmiah lain yang dikerjakan mahasiswa untuk membantu menjawab masalah tersebut. Kepekaan terhadap orang lain mulai sirna perlahan-lahan dari relung hati mahasiswa. Pragmatis dan apatis menjadi kata-kata yang dirasa paling tepat untuk menggambarkan keadaan mahasiswa pada saat ini.
Paradigma inilah yang menjadi bahaya bagi kehidupan bangsa ini kedepan. Karena, dimungkinkan bagi orang-orang yang telah terpatri dengan paradigma ini, ketika mereka menempati suatu posisi strategis tertentu dalam sebuah sistem, yang ada hanyalah hasrat untuk terus-menerus mempedulikan diri sendiri tanpa memikirkan keadaan orang lain. Apalagi ketika para mahasiswa tersebut, menempati posisi-posisi birokrasi strategis kelak. Mahasiswa tersebut hanya akan jadi penambah kebobrokan birokrasi negeri ini. Bukannya jadi agent of change, tapi malah menjadi agent of congean[1], yang tidak lagi mau mendengarkan suara hatinya untuk memperbaiki keadaan saat ini.
Permasalahan yang dipaparkan di atas, tidak terlepas dari peran universitas yang saat ini –disadari atau tidak- memiliki paradigma berpikir “menyiapkan orang-orang yang siap dipekerjakan bukan menyiapkan orang-orang yang siap berkarya”. Terbukti dengan begitu bangganya universitas-universitas besar yang mampu menghasilkan cetakan-cetakan mahasiswa yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar, namun tidak bangga dengan para mahasiswa yang mau merintis karyanya dari nol. Mahasiswa disiapkan menjadi profesional-profesional yang mampu bekerja, bukan profesional-profesional yang siap berkarya, sehingga akhirnya hanya menjadi kacung saja untuk memperkaya pundi-pundi raksasa para pemegang saham dan pemegang kuasa.
Mahasiswa yang notabene mengenyam pendidikan tinggi saja nyatanya tidak benar-benar terdidik pemikirannya, lalu bagaimana dengan banyaknya rakyat yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi? Mahasiswa yang jumlahnya hanya 2%[2] yang seharusnya mampu memberikan sumbangsih positif dalam mencerdaskan dan mengembangkan negeri ini saja sudah dirusak oleh sikap pragmatis dan apatis, bagaimana denga 98% penduduk lainnya? Lalu mau dibawa kemana masa depan bangsa ini? Kalau kita tidak tergerak untuk melakukan perubahan dan mempertahankan status quo ini, maka tunggulah kehancurannya. (RM120317)


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar Rum: 41)
“Maka, Apakah kamu tidak berpikir?”

Senin, 11 Juni 2012

Hadis Imam Ali as Menjelaskan Masa Perpindahan Manusia dari Dunia Menuju Akhirat

Perhatian terhadap kiamat dan kematian, serta perpindahan dari dunia materi menuju alam barzakh, akan berpengaruh besar dalam diri manusia. 

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah riwayat menjelaskan proses perpindahan dari dunia menuju akhirat.

Imam Ali as berkata: ketika seseorang meninggal ada tiga hal yang menjelma di hadapannya di hari-hari akhir di dunia dan hari-hari awal di alam barzakh, yaitu harta, anak-anak, dan amalnya.
Ketika berhadapan dengan harta, dia berkata demi Allah aku sangat rakus untuk mengumpulkanmu dan sangat pelit untuk melepaskan dan kehilanganmu, sekarang ketika aku dalam kesulitan apa yang kau lakukan untukku.

Harta menjawab; kau hanya dapat menerima kafanmu dariku.

Kemudian dia berpaling kepada anak-anaknya dan berkata: demi Allah aku telah sangat mencintai kalian dan aku selalu menjaga kalian agar kalian tidak terganggu atau bersedih, sekarang dalam kondisi genting ini apa yang dapat kalian lakukan untukku?

Mereka menjawab: Kami akan membawamu ke kubur dan menguburkanmu.

Kemudian dia melihat pada amal berkata: untuk menunaikan kalian aku tidak bersemangat dan kalian berat untukku, sekarang apa yang dapat kalian lakukan untuk menyelamatkanku?
Amal menjawab: Aku adalah teman dan pendampingku, di dalam kubur dan di hari hisab, aku tidak akan jauh darimu sampai kita berdua berada di hadapan Allah Swt.

Jika mayit yang sedang dalam kondisi sakratul maut, dia adalah patuh kepada Allah dan merupakan seorang wali Allah, maka seseorang akan menghampirinya yang aromanya lebih harum, pandangannya lebih indah, dan busana yang sangat megah dibadingkan orang lain, dan berkata kepadanya, aku memberikan kabar gembira tentang angin penghembus jiwa dan bunga-bunga yang wangi, dan sorga yang penuh nikmat kepadamu, kau telah masuk dengan selamat dan selamat datang!

Dia akan bertanya: Siapa kau?

Orang itu menjawab: Aku adalah amal baikmu dan aku berangkat dari dunia menuju sorga

Sabtu, 02 Juni 2012

CURIGA

Ada hal yang tak bisa ditebak, kita berusaha menebak, mungkin saja bisa salah.
Kadang apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, hal ini bisa saja terjadi pada orang lain.Menebak, menerka, ujung-ujungnya bisa menimbulkan suudhon, dikala tebakan kita salah, so kita harus gimana ? jalani hidup apa adanya, tak usah meraba-raba, tak usah menerka-nerka, dan tak usah berburuk sangka, karena hal itu bisa menjadikan penyakit hati, gawat kan ?..........

Ku ingin tahu apa yang kau pikirkan, tentang aku,
Ku ingin tahu apa sebenarnya maumu,
Aku ingin kepastian darimu, walau ku tahu,
Ada kepastian tentangmu, begitu juga aku.


Entah kenapa ku selalu merindukanmu,
tapi kala ku dekat denganmu, 
tak sedikitpun ada yang spesial tentangmu,
tapi kenapa ku ingin selalu bersamamu.

Kuhindari hal-hal yang negatif tentangmu,
ku berusaha berikir positif tentang kamu,
tapi kala ku tahu dia bersamamu,
ada rasa curiga, mungkin  ku cemburu kala dia bersamamu.

Tak pantas ku berpikir tentang itu,
tapi entah kenapa khusus dia ku ragu,
rasanya ada yang aneh, itulah perasaanku,
ada kebohongan kala dia bersamamu.

Ku curiga, itulah penyakit hatiku,
harus kujaga hatiku, biar jadi menentu,
ku harus berpikir positif tentangmu,
tak peduli orang lain yang penting kamu,

Maaf, Aku Curiga Tentangmu

Maafkan jika…
Tulusku membuatmu takut..
Sayangku terlalu buatmu
Semua yang terjadi hilang dalam sekejap
Kadangku merindukanmu…
Ku ingin memelukmu dan mengenggam dengan jiwaku
Akankah ku menyerah dengan keadaanku sekarang
Keadaanku yang selalu denga perasaan rasa bersalah..
Maafkan jika ku curiga tentangmu….
Maafkan jika ku selalu menyakitimu
Satu hal tak ada niat tuk melakukan itu semua
Satu hal yang aku pinta darimu…..
Mengertilah dengan keadaanku yang kurang sempurna 
Karena ketidaksempurnaanku kau meninggalkanku…
Maafkan jika ku bukan yang terbaik buatmu
Dari awal dan sampai saat ini ku sayang kamu….
Dan selamanya ku sayang dengan ketulusan hatiku….
Maafkan..maafkan..maafkan..maafkan.... 

Senin, 02 April 2012

Ketika Cinta Ini Membunuhmu …

love.jpg
Masalah klasik para pemuda sang pengejar cinta, dan para pemudi sang penunggu cinta :(
“Cinta ini membunuhku”, itu bahasa D’Masiv :)
“Wahai kematian, datanglah cepat kemari, hisap dan dekap tubuhku yang penuh cinta ini”, kalau yang ini kata William Shakespeare dalam Romeo and Juliet.
Kahlil Gibran mengungkapkan dalam syairnya, “Bila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan mendaki”.
Kisah cinta datang dan pergi dari masa ke masa, menyuarakan hal yang sama dengan redaksi berbeda. Silih berganti dari Layla Majnun, Tristan und Isolde, Roro Mendut dan Pronocitro, sampai Romeo and Juliet. Cerita cinta selalu meggebu dan indah, meskipun ketika kita pandang jauh dari sisi lain, kadang buta, tidak nyata dan fatamorgana.
Ya benar, kita sering bingung dalam memaknai cinta. Lauren Slater dalam National Geographic edisi 2006 mengatakan, “Sulit untuk memisahkan pembicaraan antara cinta dan penyakit mental”. Maria dalam Ayat-Ayat Cinta mengatakan dengan redaksi yang berbeda, “Cinta adalah siksaaan yang manis”.
Apakah cinta, mencintai dan dicintai adalah salah? Jawabannya adalah tidak. Cinta itu indah, cinta itu semangat dan cinta itu adalah kebahagiaan. Bahkan mungkin kekuatan kita untuk mencintai adalah titik tertinggi dari hakekat cinta (halah) :)
Hanya permasalahan utama dari para pemuda dan pemudi yang kebetulan sedang jatuh, menjatuhi atau dijatuhi cinta adalah ada di dua hal: salah meletakkan posisi hati dan salah mendefinisikan cinta.

1. LETAKKAN POSISI HATI DENGAN BENAR
Cinta berhubungan dengan hati, itu pasti, karena di dalam hati ada unsur keindahan, semangat dan kebahagiaan, maka 3 hal ini ada kemungkinan besar berhubungan dengan cinta. Banyak dari kita yang meletakkan posisi kebersamaan dan penerimaan cinta sebagai titik tertinggi dari keindahan, semangat dan kebahagiaan. Karena itu kita gusar, sedih, dan sengsara ketika cinta kita tidak diterima oleh sang pujaan hati. Dan kita sangat menderita ketika kita tidak bisa memiliki kebersamaan dengan sang kekasih tercinta. Inilah titik sentral masalah cinta ala Layla – Qais, Roro Mendut – Pronocitro, maupun Romeo – Juliet.
Menempatkan posisi kebersamaan dan penerimaan bukan sebagai titik tertinggi dari cinta adalah faktor terpenting yang membuat cinta tidak akan bisa membunuh kita ;) . Saya selalu menempatkan posisi keindahan, semangat dan kebahagiaan saya ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain, mencapai suatu prestasi, dan bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan orang lain. Ketika banyak orang lain berlomba-lomba untuk mencintai orang lain, bahkan dengan cinta buta, saya berusaha berdjoeang untuk mencintai diri saya sendiri. Inilah cinta dengan logika.
Mencintai diri sendiri bukan berarti banyak tidur, banyak santai, atau banyak rekreasi. Mencintai diri sendiri artinya: saya harus berprestasi, saya harus berhasil dan sukses, saya harus bermanfaat untuk orang lain, saya harus bisa membuka lapangan kerja baru, saya harus memberi beasiswa ke banyak orang, dsb. Implikasinya mungkin sangat berat, karena saya harus bekerja lebih keras, mengurangi tidur, atau mendisiplinkan diri saya sendiri. Tapi itu semua saya lakukan karena saya mencintai diri saya sendiri. Ya inilah mungkin hakekat dari ungkapan si Maria, “Cinta adalah siksaan yang manis”. Bagi saya, mencintai diri sendiri adalah modal penting dalam kesuksesan mencintai orang lain.
Kebersamaan dan penerimaan bukan sesuatu yang selalu membahagiakan saya. Kadang saya secara fisik harus meninggalkan semua orang yang saya kasihi dan cintai. Kadang saya harus bersikap keras kepada para pedjoeang saya, kepada sahabat saya dan bahkan kepada istri dan anak-anak saya, sehingga sering mereka sulit memahami dan menerima saya. Tapi itu semua saya lakukan karena cinta saya yang teramat sangat kepada mereka, saya tidak ingin mereka gagal, saya ingin semua orang bisa berhasil, dan memberi manfaat kepada orang lain dengan lebih baik. Dan inilah cara saya menghembuskan ayat-ayat cinta kepada mereka :)
Meskipun sebenarnya ada kebersamaan dan penerimaan cinta yang selalu saya bahagiakan dan harapkan, yaitu dari Sang Penguasa Alam dan Pemilik Jagad Raya. Inilah koridor penting jalan cinta kita, ingat bahwa cinta mati hanya milik Allah sang penguasa jagad raya bukan untuk makhluk Allah.
Jadi pesan saya, wahai para pemuda, mari letakkan posisi hati kita pada tempatnya. Cinta itu tidak akan membunuhmu, kesalahan posisi hati itulah yang akan membunuhmu.

2. UBAH DEFINISI DAN PARADIGMA CINTA
Kesalahan kedua yang sering kita lakukan adalah kesalahan memahami definisi dan paradigma cinta. Banyak penelitian tentang cinta dilakukan. Salah satu yang cukup terkenal adalah formula cinta dari Robert J Sternberg: A Triangular Theory of Love (Teori Segitiga Cinta). 
romi-teorisegitigacinta.jpg
Menurut Sternberg, jenis cinta tergantung dari sifat hubungan kita dengan orang lain. Komitmen saja tanpa gairah dan keakraban adalah Cinta Kosong. Gairah saja tanpa dua unsur yang lain artinya tergila-gila. komitmen dan keakraban tanpa gairah menjadikan persepsi cinta sebagai Cinta Persahabatan. Keakraban dan gairah tanpa komitmen membuat Cinta Romantis. Sedangkan komitmen dan gairah tanpa keakraban menyebabkan Cinta Buta. Ketika kita berhasil menyatukan komitmen, gairah dan keakraban maka akan terjadi Cinta Sempurna.
Banyak yang masih meragukan teori ini bisa berlaku valid untuk semua jenis hubungan cinta, misalnya cinta seorang anak kepada ibunya dan sebaliknya. Hasil penelitian dari Lauren Slater juga mengisyaratkan bahwa susunan kimia otak pemicu romantika, ternyata tidak ada hubungannya dengan komitmen yang memupuk kelekatan jangka panjang. Salim A Fillah, penulis buku Jalan Cinta Para Pejuang, mengatakan bahwa Komitmen adalah sudut kunci dalam teori cinta Robert J Sternberg. Komitmen adalah ikrar kerelaan berkorban, memberi dan bukan meminta, berinisiatif tanpa menunggu dan memahami bukan menuntut. 
Sebagian masalah cinta mungkin bisa terwakili oleh Teori Segitia Cinta-nya Sternberg. Tapi kalau kita coba simpulkan dari berbagai referensi lain, dari pandangan Slater, Salim A Fillah dan Anis Matta lewat seri cinta dan pahlawannya di majalah Tarbawi. Cinta Sempurna adalah suatu proses panjang, hasil dari cinta kasih dua manusia yang terjalin dalam suatu hubungan yang sah. Cinta Sempurna bukanlah cinta pada pandangan pertama, karena itu mungkin hanya suatu gairah atau ketergila-gilaan, istilahnya Slater. Cinta Sempurna juga bukan cinta lokasi, cinta monyet, cinta jadi-jadian, cinta karena fisik atau cinta karena harta dan tahta. Cinta Sempurna adalah hasil suatu perdjoeangan panjang. Hasil dari kekuatan kita untuk menyelesaikan masalah perbedaan, memahami kekurangan dan kelebihan, merekatkan hati dan komitmen untuk tetap ada di jalanNya.
Mudah-mudahan ketika terjadi penolakan cinta, kita berani berikrar dengan gagah, ”Lupakan dirimu dan aku akan kembali padaNya”. Catat bahwa huruf N untuk Nya itu harus kapital :) Jangan lupa ubah genjrengan gitar kita dari lagu kenangan kisah cinta, ke lagu: Menghapus Jejakmu (Peterpan), Baiknya (Ada Band), Musnah (Andra and The Backbone), atau Aku Bukan Untukmu (Rossa) hihihi …
Resapi dua syair ini: 
Baiknya semua kenangan yang terindah, tak ku balut dengan tangis
Baiknya setiap kerinduan, yang merajam tak kuratapi penuh penyesalan
Dan bangkitlah, lanjutkan perdjoeangan!
Ingatlah bahwa para legenda tidak pernah mengejar cinta, karena itu:
Janganlah kalian mengejar cinta. Jadilah legenda yang penuh dengan prestasi dan manfaat untuk orang lain, maka cinta akan silih berganti mengejar kalian. Dan ketika masa itu datang, pilihlah takdir cintamu, kelola cintamu, atur kadarnya, arahkan posisinya, dan kontrol kekuatan cinta sesuai dengan tempatnya.
Dan itulah jalan cinta para legenda …

Sabtu, 03 Maret 2012

Aktivis Mahasiswa: Antara Prestasi dan Eksistensi

Aktivis, kata yang penuh makna kuat yang disandarkan kepada siapa saja yang memiliki aktivitas di dalam sebuah komunitas, baik di dalam organisasi atau lembaga yang dengan keberadaannya untuk memperjuangkan roda organisasi tersebut. Mereka bekerja tanpa berharap imbalan apapun, kalaupun ada imbalan maka sifatnya terbatas dan tidak tetap, karena begitulah aktivis, bukan seorang pegawai. Definisi kata tersebut boleh jadi berbeda dengan kenyataan, karena memang begitulah dalam memaknai sesuatu, setiap kita memiliki sudut pandang yang berbeda. Namun dari sinilah penulis ingin mengawali satu topik yang memang cukup klasik, namun unik untuk dibicarakan.
 
Aktivis Mahasiswa, rangkaian kata yang mungkin pas untuk kawan-kawan yang menjadi mahasiswa plus. Dikatakan plus, karena selain sebagai mahasiswa mereka juga plus menjadi pemimpin atau anggota dalam organisasi kemahasiswaan, baik di internal maupun eksternal. Kepemimpinan serta pergerakan di kemahasiswaan menjadi satu format gerakan ekstra parlementer yang terus konsisten dan massif mengadakan perlawanan bagi kebijakan pemerintah yang ke luar dari jalur yang telah ditentukan. 
 
Sebagai Agent of Change, Social control serta Iron Stock, maka aktivis mahasiswa tidak henti-hentinya terus bergerak dan melakukan control murni tanpa tendensi apa pun untuk setiap kepentingan rakyat. Selama ketidakadilan masih berada di bumi yang konon menjadi potret demokrasi di dunia, maka selama itulah mahasiswa akan menjadi partner control yang setia mengawal pada setiap kebijakan.
 
Menghadirkan kembali semangat yang pernah membara
Catatan panjang sejarah gerakan mahasiswa yang telah menorehkan banyak tinta perjuangan. Kita juga mungkin masih bisa mengingat kembali bagaimana gerakan yang luar biasa oleh kawan-kawan mahasiswa `98 untuk menggulingkan pemerintahan orde baru. Keringat, darah dan air mata, bahkan nyawa menjadi taruhan mereka untuk melahirkan satu era yang disebut dengan “era reformasi”. Kalaupun perjuangan itu harus dibayar mahal dengan terselipnya masa transisi yang cukup panjang dan menguras otak untuk mengembalikan bangsa ini pada jati dirinya.

Dari pra penggulingan orde baru sampai pasca orde baru, kemudian masa transisi dan era reformasi menjadi satu format rapih yang telah disusun oleh para pencetus masa yang kita nikmati saat ini. Mereka bukan orang sembarangan, deretan nama dibalik serentetan peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut adalah tokoh muda mahasiswa yang memiliki tingkat intelektualitas yang tidak bisa diragukan lagi. Sebut saja Amien Rais, tokoh yang menjadi motor penggerak saat itu bersama kawan-kawan muda yang lain. Ia bukan orang sembarangan, ia dikenal orang yang sangat kritis dan memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa, terbukti dengan pengalaman pendidikannya yang mampu menembus pasar beasiswa di eropa, timur tengah dan Amerika. Sangat wajar kalau bangsa ini mampu melewati masa-masa transisi yang sulit, karena tokoh-tokoh muda aktivis mahasiswa berani bertanggung jawab untuk menentukan nasib bangsa ke depan melalui kapabilitas yang mereka miliki. Mereka mempertaruhkan eksistensi mereka melalui intelektualitas.

Tidak sampai pada nama Amien Rais saja, sederetan nama pun kembali hadir dalam dunia perpolitikan dan kepemimpinan nasional. Mantan-mantan aktivis mahasiswa ini seolah hadir dalam waktu yang tepat untuk memberikan solusi terhadap permasalahan bangsa. Anas Urbaningrum, mantan ketua PB HMI, Andi Rahmat dan Fahri Hamzah mantan ketua Umum KAMMI Pusat serta kawan-kawan mantan aktivis mahasiswa di PMII, GMNI, IMM, BEM Nasional, BEM SI, BEM Nusantara dan masih banyak lagi. Mereka adalah aset yang sangat luar biasa, yang dapat menunjukan arah eksistensi gerakan mahasiswa tanpa melupakan unsur intelektualitas.
 
Inilah bahan renungan kita (red: Aktivis Mahasiswa) yang telah diberikan satu anugerah status sebagai seorang aktivis kemahasiswaan. Para pendahulu kita telah membuktikan bahwa setiap langkah gerakan mereka selalu melalui pisau analisa yang tajam, tidak hanya sekedar ingin bergerak, namun gerakan yang memiliki dasar yang kuta yang lahir bukan hanya sekedar lintasan pikiran tapi proses kajian yang matang. Begitulah Anis Matta dalam bukunya Menikmati Demokrasi.
 
Bahtera yang besar ini membutuhkan nahkoda-nahkoda yang cerdas dan briliant untuk menerjang samudera yang terhampar luas. Maka, tidak ada lagi calon-calon nahkoda dalam bahtera ini yang bermalas-malasan dalam belajar, berprestasi dan bekerja keras, sebab mereka tidak akan jadi seorang nahkoda yang baik, karena mereka tidak mengetahui arah mata angin, dan arah mata angin tersebut adalah kesucian hati.”

Niat Seorang CALON DOKTER !!

Dokter mungkin jadi sebagian besar cita-cita waktu kita masih kecil. Yah, seperti halnya dalam sebuah iklan “Cila klo besar mau jadi apa? Jadi Dokter, supaya bisa ngobatin teman cila yang sakit”. Hmm, sebuah cita-cita yang mulia untuk menjadi seseorang yang bermanfaat buat orang lain. Dokter itu identik dengan status social tinggi di mata masyarakat. Nggak heranlah, soalnya nggak semua orang bisa menjadi dokter, disamping pelajarannya rumit juga butuh biaya besar. Bahkan, kaget juga kalo buku kedokteran itu mahal. Liat aja tuh kamus nak kedokteran yang biasa disebut sebagai kita suci mereka (lupa sih namanya kamus Dorland ato Borland yaa, klo salah kan nggak apa2 kan sy bukan nak kedok :)

Mungkin klo bisa sy bertanya pada mereka CALON DOKTER yang lagi nyelesain kuliah atau bahkan udah coass di rumah sakit, sebenarnya kenapa sih kalian mau jadi dokter? Apa karena mau ngobatin orang sakit seperti kata cila, atau keren aja klo jd dokter, atau karena berasal dari keluarga dokter, ikut perintah ortu atau alasan lain !! Yah, jujur atau nggak sih mnurut sy UUD (ujung2nya duit). Maap aja nih, karena sebagian besar dokter itu memang banyak duit, jadi wajarlah klo motivasinya bisa aja ngobatin orang, tapi kan dibayar. Coba klo nggak dibayar, mau nggak ngobatin orang?.

Trauma aja sih jg ma seorang dokter yang berkata pada seorang keluarga yang lagi masuk UGD. Dokternya bilang “Pak, saudara anda harus dioperasi segera” trus kata bapaknya “Operasi aja pak” dokternya nyomot “tapi, biayanya besar. Bapak sanggupkan bayarnya” bapaknya tertunduk lesu sambil berkata “Nanti sy usahain dok, yang jelas saudara saya dioperasi dulu” dan bla, bla, bla, dokter pun bilang “Maaf pak kami nggak bisa operasi saudara bapak kalo nggak ada jaminan”. Nah, klo gini gimana dong? Bapaknya yang salah karena nggak punya uang jaminan ataukah sapa suruh orang miskin sakit atau dokter lupa niat tulus ngobati orang?

Emang sih semuanya butuh biaya cuman kan ada namanya kebijakan, toleransi atau apalah. Dokter juga kan digaji. Nah kalo emang niat sebagian besar CALON DOKTER itu mmg tulus buat ngobatin orang, maka siap-siaplah nerima konsekuensinya. Masih untung klo bisa seperti Dr. Erika yang memang dari awal belajar kedokteran konsisten dgn niat awal untuk ngobatin orang tanpa nyusahin pasien. Dr. Erika sebelum jadi dokter itu prakteknya di desa terpencil dan jauh dari keramaian. Masih untung dapat rumah dinas yang dekat dengan puskesmas yg jadi tempat prakteknya. Biasanya puskesmas buka jam 8, pasien udah antri di depan puskesmas dan kebanyakan yang lagi mendesak langsung ke rumah dinas mengetuk pintu walau Dr. Erika masih istrahat, namun sang dokter tetap melayani dengan senang hati. Kalo obat habis, Dr. Erika sendiri yang pergi beli di kota seberang (numpang tukang ojek, hehe).

Nah, klo CALON DOKTER ini ditanya, mau nggak kalian ditempatkan di desa terpencil yang cuman ada pustu atau puskesmas pembantu. Masa mau jadi dokter dapat tempat prakteknya di kota, kan udah banyak dokter di kota, kecuali sih kalian bisa atur damai dengan yang bagian penempatan praktek calon dokter. Kembali lagi nih sy Tanya buat CALON DOKTER, sudah luruskah niat anda menjadi seorang DOKTER? Wajarlah memang kalo orang mau jadi dokter supaya dapat penghasilan besar dan kebanggaan orangtua. Ingat, jadi dokter itu susah loh dan banyak konsekuensi logis jika kamu udah jadi dokter. Malah, sekarang masih banyak yang nggak mau diobatin oleh dokter muda yang baru lulus (pa lagi dokternya nyogok buat lulus). Bukan apa2 sih, nanti terjadi maal praktek atau salah jahitlah, salah suntiklah, salah reseplah. Susah juga kan dapat kepercayaan dari seorang pasien.

Intinya sih, smoga CALON DOKTER itu orientasinya bukan duit aja karena saat ini menurut salah satu Profesor bidang Kedokteran UI pada pertemuan dengan PB IDI bahwa banyak dokter nakal yang beredar di rumah sakit swasta maupun pemerintah. Dokter nakal ini nyari duit aja dengan ngorbanin duit pasien. Motifnya gampang aja, sang dokter biasa ngasih resep yang berlebihan seperti pasien yang harusnya cuman 1 jenis obat aja bahkan nggak pake obat sudah bisa sembuh, eh malah dikasih 3 jenis. Kan supaya si dokter banyak dapat komisi dari penyedia obatnya. Trus ada juga tuh sang dokter suruh rawat inap walaupun nggak harus supaya dapat fee dr rumah sakit karena kamarnya disewa. Apalagi memvonis pasien untuk dibedah.

Heran juga, nyari duit kok sampai segitunya. Kan gaji dokter udah lumayan. Kata prof, gaji dokter itu sekitar 4 Juta – ratusan juta per bulan. Waoowwww, itu baru gaji loh blom yang lainnya. Tapi, kok masih nyari sampingan sih?? Mungkin aja dokter itu nyogok ampe ratusan juta buat masuk kuliah kedokteran (istilahnya sih beli kursi kuliah, heheeee). Duit, duit, duit. Semuanya memang butuh duit bagi yang memerlukan. Semoga aja, CALON DOKTER yang tersebar di seluruh universitas nggak berorientasi duit atau hanya mau title keren aja, tapi memang mau ngobatin orang supaya bisa sembuh tentunya dengan pertolongan Yang Diatas. Kalo kerja dan niat kita bagus, pasti kesuksesan itu datang menghampiri kita.  So, pikir lagi aja niat kamu sebenarnya karena apa mau jadi dokter :)

http://ucokeren.blogdetik.com

Pengaruh Organisasi Terhadap Nilai Matakuliah Mahasiswa

Mungkin ketika kalian membaca tulisan ini, kalian pasti langsung mengatakan kalau organisasi itu dapat menyebabkan nilai matakuliah mahasiswa anjlok atau ada yang sependapat dengan saya kalau organisasi itu dapat meningkatkan nilai matakuliah. Ya, mungkin ada setuju atau tidak mengenai hal ini, karena keadaannya pasti berbeda antara mahasiswa yang satu dengan lainnya.

Oleh karena itu, saya cuman ingin membahas kalau memang benar organisasi itu dapat meningkatkan  atau bahkan mendongkrak nilai kalian yang dulunya cuman kisaran C, D, atau E menjadi minimal dapat nilai B dan bahkan sangat memungkinkan nilai A+ dalam genggaman kalian. Kecuali, organisatoris yang memang malas kuliah yaa hal ini nggak berlaku untuk pemalas.

Mengapa organisasi bisa mendongkrak nilai jongkok bahkan tiarap menjadi berdiri bahkan bisa  menerbangkan diri kalian? Pertama dan yang paling penting adalah organisasi mengajarkan keterampilan berbicara depan umum (komunikasi dua arah). Mungkin kalian adalah salah satu mahasiswa yang merasa masih gugup berbicara depan umum walaupun hanya di dalam kelas yang di depan kalian itu cuman dosen dan teman-teman perkuliahan tersebut. Malahan ada mahasiswa yang bukan hanya takut berbicara depan teman dan dosennya, bahkan sekedar tunjuk tangan untuk bertanya atau menjawab aja takutnya setengah mati.

Ya, kuncinya berbicara dan komunikasi dua arah. Organisatoris diharapkan dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan terstruktur dan tidak bertele-tele. Ingat, keterampilan ini tidak akan diajarkan pada matakuliah apapun. Oleh karena itu, dengan berorganisasi kita bisa belajar bagaimana berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Biasanya organisasi selalu memberikan tanggung jawab kepada seorang anggotanya untuk memegang suatu kepanitiaan atau mengisi sebuah acara kemahasiswaan. Nah, kita sebagai anggota yang peduli terhadap organisasi pasti akan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut agar tidak mengecewakan organisasi, senior, junior dan diri sendiri.

Dengan menjadi panitia pelaksana atau pengisi acara kemahasiswaan, pasti kita akan dihadapkan pada situasi untuk melakukan komunikasi dengan orang lain diluar organisasi kita atau kita pasti berusaha sekeras mungkin untuk memberikan yang terbaik pada saat kita tampil dan berbicara di depan para undangan saat menjadi pengisi acara kemahasiswaan. Kemampuan berbicara ini pasti akan tertular pada saat kita kuliah, sehingga jika kita disuruh oleh dosen untuk presentase, diskusi, bertanya atau menjawab kita pasti bisa karena sudah terbiasa melakukannya di organisasi. Berbicara depan orang banyak aja udah terbiasa, apalagi cuman berbicara depan dosen dan teman-teman perkuliahan.

Nah, akibat dari keterampilan berbicara depan umum ini adalah kita menjadi mahasiswa yang aktif dalam kelas dan ini akan menjadi penilaian plus tersendiri bagi dosen matakuliah dibandingkan dengan teman yang pasif dan hanya serius mengikuti/mendengarkan teman atau dosen yang berbicara mengenai suatu permasalahan yang dibahas dalam perkuliahan. Jadi, kalian udah ngerti kan kalau organisasi kemahasiswaan itu tidak akan merugikan atau bahkan mengganggu nilai perkuliahan kalian.