Jumat, 21 Oktober 2011

Ali Manusia Agung


"Menurut Imam Ali, kezaliman ada tiga jenis; yang pertama ialah perbuatan syirik kepada Allah SWT. Kezaliman ini sama sekali tidak akan mendapat pintu ampunan Allah, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran.
Jenis kedua ialah kezaliman yang dapat diampuni oleh Allah SWT dan itu ialah berbuat dosa atau ada kekurangan dalam mengerjakan perintah Allah. Dan yang ketiga ialah kezaliman yang harus dibalas atau diqisas, baik di dunia maupun di akhirat. Kezaliman dalam kategori ini tak lain adalah tindak aniaya yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Imam Ali pernah menuturkan bahwa balasan Allah sangat keras kepada orang yang berbuat zalim. Manusia yang paling sempurna dan guru kepada Imam Ali, yaitu nabi besar Muhammad SAWW, juga pernah menegaskan: "Hari dimana seorang yang mazlum atau teraniaya membalas si zalim, jauh lebih pedih ketimbang hari dimana si zalim menganiaya si mazlum."
Hujjatul Islam Bahman Pur, dalam mengomentari hal ini mengatakan:
"Kezaliman yang dilakukan kepada sesamanya sangat dikutuk oleh naluri manusia sendiri. Kezaliman semacam ini contohnya ialah tragedi besar yang menimpa warga Bosnia Herzegovina dengan dalih masalah etnis. Semua orang tahu bahwa sama sekali tak ada alasan untuk membenarkan kezaliman yang dilakukan kepada warga Bosnia. Mudah-mudahan warga dunia menaruh perhatian terhadap apa yang dituturkan oleh Imam Ali kepada putra-putri dan generasinya. Beliau berkata: "Jadilah kalian sahabat orang mazlum dan musuh orang zalim."
Wasiat Imam Ali ini bukan hanya datang dari seseorang yang berstatus pemimpin umat, tapi juga dari orang yang berhasil meraih kesempurnaan insani yang tak lupa berusaha menyirami naluri atau fitrah manusia dengan pesan ini. Kita berharap masyarakat penghuni dunia ini benar-benar meresapi dan kembali kepada fitrah mereka demi menjauhi fanatisme agama, golongan, bangsa dan etnis untuk kembali kemudian menyadari apa tugas mereka terhadap orang-orang tertindas yang dilanggar haknya tanpa ada salah dan dosa.
Kesabaran dan kritik
Menurut Imam Ali, salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin ialah kesabaran dan ketangguhan dalam menghadapi segala kesulitan, baik kesulitan individu maupun sosial. Kesabaran, kata beliau, ibarat kedudukan kepala pada tubuh. Tanpa kesabaran, urusan akan kacau.
Dalam masyarakat Islam, seorang pemimpin tentunya memiliki tanggung jawab yang berat, harus memiliki karakter ini lebih dari yang lain. Dan orang yang kemauannya lemah dan tidak punya semangat beristiqomah, sudah pasti tidak memiliki kekuatan untuk menanggung beban perjuangan dan menghadapi segala kesulitan sosial. Karena itu orang yang sedemikian tidak layak untuk menerima tanggung jawab memimpin.
Imam Ali pernah menjelaskan masalah ini dalam khutbahnya ketika umat mendesaknya agar memegang kendali kepemimpinan. Dalam khutbah yang termuat dalam kitab Nahjul Balaghah ini, Imam Ali menuturkan: "Tak seorangpun layak memegang bendera kepemimpinan kecuali orang yang mengerti kepemimpinan, sabar, teguh dan tahu letak-letak kebenaran."
Tak dapat dimungkiri, istiqamah atau keteguhan sangat determinan dalam memenuhi kelayakan sebagai pemimpin. Karena sudah merupakan keharusan bagi seorang pemimpin untuk bersedia menghadapi problema-problema politik, ekonomi dan militer, akan tetapi perlu diingat bahwa motivasi istiqamah seorang pemimpin umat Islam tidak sebagaimana halnya sejumlah pemerintahan yang semata-mata demi tujuan materialis.
Tujuan dari hidup insan dan masyarakat manusia ialah melangkah menuju kesempurnaan insani. Untuk menempuh tujuan ini seorang pemimpin harus terlebih dahulu menjadi teladan seorang manusia yang sempurna, dan selanjutnya membawa masyarakat ke jalan Allah. Masalah ini tentunya sangat menuntut kesabaran dan keteguhan seorang pemimpin.
Satu lagi hal yang juga diamalkan Imam Ali dalam memimpin dan kemudian dipesankan kepada bawahannya ialah bersedia menerima kritik yang membangun. Dan syarat kritik yang membangun ialah didukung dengan pengetahuan dan argumen yang benar dari si pengkritik. Tanpa syarat ini, Islam tidak membenarkan melontarkan kritik kepada siapapun. Imam Ali sendiri dalam mengkritik pejabat-pejabat dibawahnya sangat konsekwen dengan syarat ini.
Selain itu, beliau juga meminta mereka agar memberikan kebebasan kepada rakyat untuk melontarkan pendapat yang sekiranya rakyat tidak segan untuk menjelaskannya.
Imam Ali dalam sebuah kalimatnya yang disampaikan kepada gubernur Malik Al Asy-tar berkata: "Ikut sertalah kamu dalam majlis-jmajlis umum. Hindarilah kesenjangan antara kamu dengan rakyat agar rakyat dapat berbicara dengan senang hati."
Sudah barang tentu, cara mengkritik juga merupakan salah satu masalah yang punya peran penting untuk menyampaikan kritik yang membangun. Jadi hak-hak untuk mengkritik semata-mata tidak cukup dalam usaha membangun segala kekurangan, melainkan juga perlu melihat situasi dan kondisi. Mengkritik dengan cara tidak benar, bukan hanya tidak membangun, malah akan menambah kesulitan. Sebagai contoh, tidak dibenarkan mengkritik seseorang di depan khalayak umum kecuali dalam kasus-kasus tertentu. Imam Ali berkata: "Nasehatmu kepada seseorang di muka umum sebenarnya adalah mencoreng harga diri seseorang."

Meraih Kesempurnaan Insani

Hakikat Kesempurnaan
Setiap hakikat yang maujud memestikan totalitas dirinya, zatnya, dan sifat-sifatnya. Jadi, ketika kita mengasumsikan hakikat A memiliki sifat-sifat seperti B dan C, maka hakikat ini dalam zatnya meniscayakan bahwa A adalah tidak nâqish (kurang) dan nâqish dari A itu sendiri tidak lain adalah bukan A itu sendiri, sementara kita mengasumsikan bahwa ia adalah A. Dan demikian pula hakikat ini mesti memiliki sifat-sifat seperti B dan C dari dimensi dirinya adalah dirinya dan nâqish dari B dan C itu sendiri tidak lain bahwa tidak tersifati B dan C, sementara kita mengasumsikan tersifati B dan C dan bukan selain dari mereka. Ini adalah merupakan perkara yang sangat jelas. Dan ini sesuatu yang merupakan kemestian setiap hakikat dalam zatnya serta sifat-sifat yang dimilikinya, dan kita menamakan hakikat ini dengan kesempurnaan.
Selanjutnya, hakikat setiap kesempurnaan tidak lain adalah sesuatu yang dalam zatnya terkait dengan kait ketiadaan. Jadi setiap kesempurnaan dalam zatnya memiliki hakikat dirinya dan tidak ada sesuatu pun yang tak termiliki zatnya kecuali dari sisi kait ‘adami (ketiadaan) yang secara daruri menyertainya.
Hakikat A, misalnya memiliki sesuatu yang telah diasumsikan baginya, dan batas pemisah keberadaan sesuatu ini dari A dengan sesuatu lainnya dari A hanyalah dikarenakan kait ketiadaan mereka, dan dikarenakan kait ini maka masing-masing dari keduanya ini tidak memiliki kekhususan sesuatu lainnya. Karena itu, bagi hakikat A terdapat dua tingkatan: Pertama, tingkatan zatnya, dimana tidak ada sesuatu pun yang hilang dari zatnya dan kedua, tingkatan partikularisasinya, dimana dalam bentuk ini sesuatu akan hilang dari kesempurnaannya.
Dari uraian ini menjadi jelaslah bahwa hakikat setiap kesempurnaan adalah bentuk absolutnya, ketakbergantungannya, dan kepermanenannya. Dan kadar kedekatan setiap kesempurnaan terhadap hakikatnya sebanding dengan kadar zuhur hakikatnya pada kesempurnaan tersebut; yakni kedekatannya dinisbahkan terhadap kait dan batas yang menjadi fokus tinjauan. Oleh karena itu, setiap sesuatu yang kaitnya banyak maka zuhurnya sedikit dan sebaliknya, setiap sesuatu yang kaitnya sedikit maka zuhurnya adalah banyak.
Dari paparan ini menjadi jelaslah bahwa Allah SWT merupakan hakikat akhir dan final setiap kesempurnaan, dikarenakan Allah SWT adalah kesempurnaan sejati dan keindahan murni dan kadar kedekatan setiap eksistensi dinisbahkan kepada-Nya adalah sekadar batas dan kait ketiadaan yang menyertainya.
Demikian pula menjadi jelaslah bahwa  wusulnya (sampainya) setiap eksistensi kepada kesempurnaan hakikinya, merupakan kemestian kefanaan dari eksistensi tersebut; sebab wusul kepada kesempurnaan hakiki merupakan kemestian dari kefanaan dari kait dan batas  dalam zat atau dalam sifat-sifat. Yakni kefanaan setiap maujud meniscayakan kebakaan hakikat maujud itu dengan sendirinya. Tuhan berfirman: : “Semua yang ada (di bumi) akan fana (binasa). Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS. Ar-Rahman [55], ayat 26-27)
Kesempurnaan Insani
Kesempurnaan hakiki setiap mumkinul wujud adalah kefanaan mereka pada-Nya. Dan kesempurnaan hakiki bagi manusia adalah pemutlakan, pelepasan diri dari seluruh kait-kait, dan memfanakan diri pada-Nya. Dan bagi manusia tidak ada kesempurnaan sedikit pun selain dari itu.
Sebagaimana dalam pengetahuan nafs dikatakan bahwa syuhud manusia pada zatnya tidak lain adalah zatnya itu sendiri dan ini adalah syuhud seluruh hakikat-hakikatnya dan hakikat akhirnya. Dan ketika manusia memfanakan dirinya, maka dia pada saat yang sama dalam keadaan fana, juga menyaksikan dirinya. Dengan kata lain, hakikat dirinya tidak lain adalah syuhud nafsnya dalam keadaan dia fana.
Jadi, kesempurnaan hakiki bagi manusia adalah wusulnya kepada kesempurnaan hakiki dirinya dari sisi zat, sifat, dan perbuatan, dimana ini adalah kefanaan zat, kefanaan sifat, dan kefanaan perbuatan pada Haq SWT yang diibaratkan dengan tauhid zat, tauhid sifat, dan tauhid perbuatan (ketiga tauhid ini diungkapkan dengan ungkapan laa ilaaha illallah wahdahu, wahdahu, wahdahu). Maqam ini merupakan hasil dari syuhud manusia dimana dia menemukan bahwa tidak ada satu pun zat, sifat, dan perbuatan kecuali bagi Haq SWT dengan tanpa masalah ini berakhir kepada hulul (inkarnasi) dan penyatuan, karena Tuhan Yang Maha Suci niscaya bersih dan suci dari kedua perkara ini.
Oleh karena itu, jalan yang paling dekat bagi manusia untuk wusul kepada kesempurnaan hakiki adalah jalan makrifat nafsnya dan jalan makrifat nafs ini merupakan jalan penjauhan dan pelepasan diri dari selain Tuhan dan berpaling secara totalitas kepada-Nya.
Menapak Jalan Kesempurnaan
Jika seseorang mendapatkan syuhud nafsnya maka niscaya dia akan menemukan syuhud Tuhannya (sesuai hadits: Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu). Dan ini merupakan jalan yang terbaik bagi wilayat dan bagi syuhud jamal (keindahan) serta jalal (keagungan) Allah SWT.
Jika manusia ingin menyaksikan dirinya, jalannya adalah membawa dirinya kepada kepapaan dan kefakiran. Dan ketika dia telah membawa dirinya kepada kepapaan dan kefakiran maka dia tidak lagi akan bertumpu pada dirinya dan tidak juga bersandar kepada orang lain. Tapi perlu diketahui bahwa jalan ini tidak mungkin dapat dilewati kecuali dengan tauhid. Bahkan pada hakikatnya, jalan wilayat adalah jalan tauhid. Cara menapaki jalan ini adalah, ketika manusia menemukan dirinya fakir sejati dan menyaksikan dirinya rabt (hubungan, relasi, nisbah) murni; bukan suatu zat yang memiliki rabt maka saat itu dia menemukan bahwasanya Tuhan Yang Maha Suci adalah ketidakbutuhan (kaya) murni; bukan suatu zat yang memiliki ketidakbutuhan, dan ketidakbutuhan itu bukanlah sifat yang datang dan beraksiden kepada-Nya (Wahai manusia! Kamu adalah maujud-maujud fakir di hadapan Allah dan Allah adalah Maha Kaya lagi Maha Terpuji; petikan bebas dari salah satu ayat Al-Quran).
Sedemikian hingga manusia mesti menyaksikan kefakiran murni dirinya dan bukan zat yang memiliki kefakiran; sebab jika dia adalah zat yang memiliki kefakiran dan kefakiran ini adalah sifat niscaya baginya, dan karena sifat tidak berada dalam tingkatan yang disifati (zat yang disifati) maka kemestian dari ini bahwa manusia dalam maqam zat insan tidaklah fakir. Dan jika kefakiran tidak punya jalan kepada zat maka zat tersebut adalah kaya dan berdiri sendiri; sementara manusia secara zat adalah budak dan hamba Tuhan serta kefakiran murni. Oleh karena itu, ketika manusia menyaksikan zatnya yang sedemikian ini maka dia akan melihat bahwasanya perbuatan dan tindakannya fana dalam fâ’il (pelaku) yang mandiri, yakni Allah SWT. Selanjutnya baginya menjadi jelas bahwa maujud-maujud yang lainnya juga demikian, tidak ada satu pun di antara mereka yang memiliki kemandirian. Dan karena mereka tidak mempunyai kemandirian maka fi’il (perbuatan) mereka juga fana dalam perbuatan Allah SWT. Dengan demikian, manusia dengan makrifat seperti ini niscaya tidak akan berani melakukan perbuatan-perbuatan buruk, maksiat, dan dosa. Kata urafa, alam ini seluruhnya adalah mazhar (manifestasi) Tuhan maka janganlah berbuat dosa dan maksiat dalam mazhar Tuhan.
Dan dikarenakan maksiat serta dosa akarnya kembali kepada kekurangan dan ketakberpunyaan, yakni tidak membutuhkan mabda (sumber, pangkal) zati maka maksiat dan dosa tidak memiliki sandaran kepada Tuhan Yang Maha Suci dan tidak berakhir kepada Zat Maha Suci Tuhan. Dengan demikian tersisa perbuatan-perbuatan wujudi, baik, dan sempurna. Dan perbuatan-perbuatan wujudi, baik, dan sempurna ini merupakan kekhususan dan terbatas hanya bagi Allah SWT, Zat Yang Maha Kaya.
Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya bahwa maksiat dan dosa akarnya kembali kepada kekurangan dan kefakiran, yakni tidak membutuhkan mabda zati, karena itu maksiat dan dosa tidak memiliki sandaran kepada Tuhan Yang Maha Suci dan tidak berakhir kepada Zat Maha Suci Tuhan. Sebaliknya perbuatan-perbuatan wujudi, baik, dan sempurna merupakan kekhususan zat suci Haq SWT dan terbatas hanya bagi Allah SWT sebagai satu-satunya Zat Yang Maha Kaya dan Maha Sempurna,  karena itu setiap perbuatan baik yang muncul dari setiap pelaku mesti fana dalam perbuatan Tuhan dan ini merupakan asas dari tauhid perbuatan.
Tauhid perbuatan, yakni seseorang mencapai kedudukan dimana dia memandang seluruh perbuatan-perbuatan baik dari setiap pelaku, semuanya fana dalam perbuatan Tuhan. Seseorang, ketika mencapai kedudukan ini, dia akan mengizinkan dirinya berkata, seluruh alam berada di bawah naungan rububiyyah Rabbul ‘Alamin. Dirinya, perbuatannya, dan sifat-sifatnya, semuanya merupakan kisah dan lukisan dari perbuatan dan sifat-sifat perbuatan Tuhan. Dan dia menyaksikan maujud-maujud lainnya beserta sifat dan perbuatan mereka juga seperti demikian. Oleh karena itu, ketika dia melihat perbuatannya fana dalam perbuatan Tuhan dan menyaksikan (musyahadah) perbuatan pelaku-pelaku lainnya juga fana dalam perbuatan Tuhan, niscaya dia tidak akan bersandar kepada dirinya dan kepada orang lain. Dia telah mencapai maqam dimana dia melepaskan segala bentuk sandaran, termasuk kepada dirinya sendiri dan melihat tidak ada sama sekali sandaran kecuali bersandar kepada Allah SWT. Dia telah melepaskan dirinya dari kekurangan ini (bersandar kepada diri dan kepada yang lain selain Tuhan) dan mencapai tingkatan hanya bersandar kepada Haq SWT.
Ketika telah lewat dari tauhid perbuatan, yakni fananya seluruh perbuatan dalam perbuatan Tuhan, seseorang akan sampai pada tauhid sifat, yakni fananya sifat pada sifat Tuhan. Seseorang, ketika dia belum sampai pada penyaksian sifatnya dan sifat-sifat maujud-maujud lainnya fana dalam sifat-sifat Tuhan maka pada hakikatnya dia bukan seorang muwahhid (orang bertauhid) hakiki. Sebab jika Tuhan memiliki sifat-sifat sempurna dan sifat-sifat itu tidak terbatas maka tidak ada tempat bagi sifat lainnya di samping sifat tak terbatas tersebut, meskipun sifat itu terbatas. Jika Tuhan memiliki ilmu dan ilmu itu tidak terbatas maka tidak bisa dikatakan lagi bahwa di samping ilmu tak terbatas Tuhan terdapat ilmu-ilmu maujud lainnya, kendatipun ilmu-ilmu itu adalah terbatas.
Pemikiran yang memandang ilmu Tuhan tidak terbatas dan ilmu maujud-maujud lainnya terbatas atau ilmu Tuhan mandiri dan ilmu maujud-maujud lainnya bil-ghair (bergantung kepada yang lain); adalah suatu pemikiran yang tidak benar; sebab jika terdapat suatu ilmu yang berhadapan dengan ilmu Tuhan, meskipun ia terbatas, pada hakikatnya ia telah membatasi ilmu Tuhan. Padahal jika suatu ilmu tidak terbatas maka ia dengan sendirinya tidak menyisakan ruang sama sekali bagi keberadaan ilmu lainnya. Karena tidak terbatas, yakni tidak berakhir dan bertepi. Jika sesuatu tidak terbatas dan tidak berakhir maka ia tidak mempunyai batas dan akhir dimana kita dapat mengatakan ini ilmu Tuhan dan ini ilmu selain-Nya. Oleh karena itu, ketika sifat Tuhan dilihat tidak terbatas maka seluruh sifat-sifat mesti juga disaksikan fana dalam sifat-sifat Tuhan. Ini adalah fananya sifat-sifat dalam sifat-sifat Tuhan yang disebut tauhid sifat.
Ketika seseorang dalam tingkatan sifat telah muwahhid, dimana dia menyaksikan seluruh sifat-sifat fana dalam sifat-sifat Haq SWT, dia akan beranjak menuju tahap yang lebih tinggi, yakni tauhid zat. Dalam tahap ini, dia telah mencapai batin alam dan batin agama. Dan dari batin ini dia juga menyaksikan batin dan kedalaman lain, dimana tidak lain adalah fana zati, yakni dia menyaksikan tidak ada satupun zat yang mandiri dan tidak satupun eksistensi yang terpisah. Dia melihat serta menyaksikan seluruh zat dan eksistensi fana dalam zat dan eksistensi murni, sebab jika eksistensi Tuhan adalah eksistensi yang tidak terbatas maka niscaya tidak ada lagi asumsi bahwa terdapat eksistensi-eksistensi lain yang berhadapan dengan eksistensi tak terbatas tersebut, apakah mereka itu terbatas ataukah tidak terbatas. Sebagaimana asumsi terdapat dua eksistensi tidak terbatas adalah suatu asumsi yang tidak benar maka asumsi terdapat satu eksistensi tidak terbatas dan eksistensi lainnya terbatas juga adalah asumsi yang salah; sebab sesuatu yang tidak terbatas niscaya ia tidak menyisakan lagi suatu kekosongan dimana sesuatu lain yang terbatas mengisi kekosongan tersebut. Ketika itu dia menyaksikan seluruh eksistensi-eksistensi fana dalam eksistensi mutlak Hak SWT, seperti gambar-gambar cermin yang menampakkan dan memperlihatkan eksistensi pemilik zat. Oleh karena itu, seluruh alam adalah alamat dan ayat-ayat Ilahi. Dan ketika nafs sampai pada kedudukan ini maka tauhid zat telah menjadi bagiannya, yakni ia menyaksikan seluruh zat dan eksistensi fana dalam zat Haq SWT dan ini disebut dengan fana zati. Dan nafs yang sampai pada tahap ini telah sampai pada paling tingginya sair wilayat (perjalanan wilayat) dan penyaksian, sebab ia tidak melihat lagi dirinya dan yang lain, ia hanya menyaksikan satu zat dan itu hanya Haq SWT.
Fana zati tidak bermakna bahwa manusia hancur dan lenyap, sebab kehancuran, ketiadaan, dan kelenyapan adalah kekurangan, bukan kesempurnaan; sementara paling tingginya tingkatan wilayat insani adalah fana zati dan ini adalah puncak kesempurnaan yang dapat diraih oleh seorang manusia dalam perjalanan suluknya kepada Haq SWT. Oleh karena itu, fana zati, yakni ia tidak melihat suatu zat kecuali zat suci dan agung Tuhan. Ia tidak melihat dirinya, sifatnya, dan perbuatannya, serta ia tidak melihat irfan dan kemurnian perjalanan suluknya. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Sina tentang hal ini, barang siapa menginginkan irfan untuk irfan maka ia pada hakikatnya telah berpandangan (adanya keberadaan dan tujuan) yang kedua.
Seorang pesuluk yang telah mencapai muwahhid dan tauhidnya telah sempurna, dia tidak hanya tidak melihat sesuatu yang lain, tetapi lebih dari itu dia tidak melihat dirinya dan irfannya, yang dia lihat hanya ma’ruf (yang dikenal) dan tidak ada yang lain.
Parameter Jalan Menuju Kesempurnaan
Jika kita meneliti kandungan ayat-ayat Al-Quran dan kandungan riwayat-riwayat manusia suci (Maksumin) serta mempunyai kontemplasi dan perenungan yang cukup terhadap mereka, maka kita akan mendapatkan kebenaran masalah ini bahwa ukuran dan parameter pahala dan dosa, balasan pahala dan siksa akhirat tidak keluar dari ketaatan dan ‘inad (penentangan) terhadap perintah dan larangan Tuhan. Jadi sesuatu yang menjadi keniscayaan ajaran dari Al-Quran dan riwayat adalah, dosa-dosa yang keluar dari anak dan cucu Adam, hatta itu dosa besar, jika keluarnya dosa-dosa tersebut dikarenakan ketiadaan pengetahuan dan terjadi dikarenakan kejahilan murni maka mereka itu tidak akan menyebabkan balasan siksa bagi pelakunya. Sebagaimana ibadah dan perbuatan yang dilakukan jika tidak dimaksudkan untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan dan taat kepada-Nya maka pekerjaan-pekerjaan itu tidak akan membuahkan pahala. Kecuali ketaatan-ketaatan dan perkara-perkara yang merupakan kemestian secara zat dari ketundukan dan kepatuhan kepada Haq SWT dimana bentuk ketaatan dan perkara ini akan mendapatkan pahala, seperti sebagian dari keutamaan-keutamaan akhlak mulia.
Demikian pula pekerjaan dosa yang dilakukan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang keberdosaan  dalam melakukan pekerjaan itu maka ia tidak patut dicela dan dipandang buruk, tapi seseorang yang mengerjakan perbuatan ketaatan dengan maksud penentangan dan mempermainkan hak Tuhan maka perbuatannya itu tidak kosong dari celaan dan keburukan. Oleh karena itu, ukuran ketaatan dan maksiat seseorang secara bergradasi dilihat dari tingkat makrifatnya terhadap ketaatan dan penentangan yang dilakukannya. Dalam riwayat terdapat hadis yang menyebutkan, paling utamanya amal adalah paling susahnya (dalam mengerjakannya). Dan mizan serta ukuran yang dihukumi akal terhadap pahala dan dosanya suatu perbuatan adalah makrifat dan kepatuhan kepada Haq SWT serta makrifat dan penentangan kepada-Nya.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kebahagiaan dan penderitaan manusia baik di dunia dan terlebih di akhirat tidak terlepas dari dua perkara tersebut, yakni ketaatan dan inad; karena itu kepatuhan dan penentangan secara esensial dan  bergradasi memiliki medan yang sangat luas. Dan dari pendekatan ini jelaslah bagi kita juga bahwa kebahagiaan bagi orang beragama hak (baca; orang muslim) adalah kesempurnaannya. Adapun mutlak kebahagiaan itu sendiri tidak terbatas bagi orang beragama hak, akan tetapi orang-orang lain juga akan mendapatkannya dengan syarat memiliki jiwa ketaatan dan kepatuhan kepada Haq SWT serta bersih dari sifat penentangan dan inad terhadap-Nya. Dan ini adalah sesuatu yang dihukumi akal dan terdapat dalam matlab syariat. Sebab syariat itu sendiri menegaskan perkara-perkara yang akal hukumi secara rasional dan argumentatif. Sebagaimana dalam hadis dinukil bahwa Nabi SAW bersabda: “Saya diutus untuk menyempurnakan makârim akhlak”. Demikian juga terdapat dalam riwayat bahwa Hâtim Thâii dikarenakan kedermawanannya maka dia tidak akan mendapatkan azab, sedangkan si fulan dikarenakan keadilannya maka dia tidak akan disiksa.
Kebanyakan ayat-ayat Al-Quran menjanjikan azab dan siksa bagi orang-orang yang telah sampai dalil dan penjelasan kebenaran kepada mereka serta hujjah kebenaran telah sempurna bagi mereka tetapi mereka tetap melakukan penentangan dan pembangkangan terhadapnya. Dan Al-Quran juga memandang kekafiran itu berkaitan dengan pembangkangan dan penentangan terhadap kebenaran ayat-ayat Tuhan: “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka.” Di samping itu Al-Quran memandang satu-satunya ukuran kebahagiaan dan penderitaan, yaitu kebersihan jiwa dan kesucian hati: “Pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Cara ini adalah cara yang ditarbiyahkan oleh para nabi dan seluruh agama-agama Ilahi, dan tujuan capaian jalan ini adalah mutlak kesempurnaan insani di mana ia merupakan teori dan pandangan para filosof dan urafa Ilahi.(Bersambung)

Senin, 17 Oktober 2011

Kecerdasan Untuk Mencari Kebenaran


Berdoa merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan motivasi.  Motivasi yang dimiliki oleh setiap orang yang berdoa beragam dan beraneka coraknya. Terkadang ada orang yang berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan anak, istri, rumah, mobil, naik pangkat, kesehatan, kebaikan dan keselamatan. Ada juga orang yang berdoa yang memiliki motivasi yang lebih tinggi dan menjulang dari yang pertama. Doa bagi orang ini merupakan wasilah untuk meminta kepada Tuhan urusan-urusan maknawiah dan kesuksesan untuk melakukan aktifitas penghambaan. Dan yang tertinggi dari semua itu adalah orang yang berdoa karena hanya ingin bercengkerama dengan Tuhan dan mentaati perintahnya. Saya dan Anda mungkin belum mencapai tingkatan berdoa yang disebutkan belakangan. Minimal, dengan persangkaan baik, tidak terlalu bersahaja bertengger pada tingkatan berdoa golongan pertama. Semoga dengan melatih dan menempa diri di hari-hari yang suci, tidak menutup kemungkinan saya dan Anda mencapai tingkatan berdoa yang hanya ingin bercakap-cakap, curhat dan bercengkerama dengan Sang Kinasih.

Doa yang kita bahas pada kesempatan ini adalah: Permohonan kepada Allah SWT supaya dianugerahkan pikiran yang terbuka yang dengannya dibuahi kecerdasan untuk mencari kebenaran, terjauhkan dari kebodohan dan tipu-daya, dan anugerah kebaikan.

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ الذِّهْنَ وَ التَّنْبِيْهَ وَ بَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَ التَّمْوِيْهِ
وَ اجْعَلْ لِيْ نَصِيْبًا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ، بِجُوْدِكَ يَا أَجْوَدَ الْأَجْوَدِيْنَ

Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku di bulan ini pikiran dan kecerdasan, jauhkanlah aku di bulan ini dari kebodohan dan kesesatan, dan limpahkanlah kepadaku sebagian dari setiap kebajikan yang Engkau turunkan di bulan ini. Dengan kedermawanan-Mu, wahai Zat Yang Lebih Dermawan dari para dermawan.
Tiada yang melebihi nikmat akal yang dimiliki manusia. Akal dan pikiran merupakan keindahan manusia dan modal bagi kehidupan dan penghambaan. Akal yang cerdas merupakan pelita dan media penyelamat. Akal yang terbebas dari kebimbangan, keragu-raguan, memiliki kesiapan ekstra dalam menerima pelbagai hakikat dan meraup nasihat serta wejangan.
Tatkala manusia ingin beribadah dan mentaati Allah SWT ia memerlukan pengetahuan yang menjulang dan makrifat yang menukik serta pikiran yang tajam. Apabila manusia tidak terjaga dan tajam pikiran ia terlena dalam gelapnya kebodohan dan kedunguan. Dalam kondisi seperti ini, ia tidak dapat menuruti titah Tuhan. Bukankah dalam sebuah hadis disebutkan bahwa “Tuhan tiada disembah dengan kebodohan.”
Hamba yang baik adalah hamba yang cerdas, berpengetahuan, berpikir tajam, memahami dengan baik dan mengetahui apa yang menjadi tugas-tugasnya. Pada hari ini kita memohon kepada Allah SWT supaya dianugerahkan akal dan kecerdasan sehingga dengan bekal yang berharga itu kita dapat mengabdi kepada-Nya.
Dzihn (pikiran) dan Tanbih (kecerdasan) adalah dua hal yang saling bertautan. Yang pertama merupakan mudrik (media untuk mencerap) dan yang kedua merupakan mudrak (yang tercerap). Dzihn merupakan kekuatan pencerap yang dimiliki manusia. Dimana apabila ia tidak memiliki mudrik, ia tidak mampu mencerap apapun. Tanbih kondisi yang dijumpai dari media ini. Ketika pikiran beroperasi, ia memperoleh kecerdasan berupa pengetahuan dan makrifat. Namun bagaimana kita dapat senantiasa memperoleh pikiran tajam dan kecerdasan seperti ini? Kita memohon kepada Allah SWT, dan Dia pasti akan memberikan namun dengan beberapa syarat tertentu. Iman yang menghasilkan visi yang jelas. Ketakwaan yang mewujudkan optimisme.  Hadis nabawi menyatakan demikian: “Takutlah kalian akan firasat Mukmin karena ia melihat dengan cahaya Tuhan.” (Mizân al-Hikmah).
Pikiran yang tajam dan kecerdasan merupakan anugerah yang sangat besar dan penuh berkat yang kita pinta dari Tuhan dalam doa ini. Apabila kedua nikmat besar ini tidak ada, maka tidak akan kita jumpai, optimisme, visioner, engineer masa depan?
Apabila kita meminta kepada Tuhan dua pelita benderang ini maka kita harus mengenyahkan segala noda yang mengkontaminasi akal dan jiwa sehingga pelita pikiran dan lentera kecerdasan dapat menerangi jalan yang kita tuju. Apabila tidak, “Menjadi budak hawa nafsu menutupi cahaya akal budi dan menenggelamkan surya kecerdasan.”
Suatu waktu Allamah Hasan Zadeh Amuli Hf ditanya ihwal riwayat dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang bersabda: “Man lam Yuhadzib Nafsah, Lam Yantafi’ bil ‘Aql (Barang siapa yang tidak melakukan tahzib nafs [pengelokan jiwa], maka ia tidak mendapatkan manfaat dari akalnya), apakah ada hubungan takwini antara tahzib nafs dan intifa’ al-Aql seperti yang disinyalir dalam hadis ini? Allamah menjawab: “Memang terdapat hubungan takwini antara keduanya. Coba tengok orang-orang seperti Musailamah bin Kadzadzab dimana ia merupakan seorang alim namun ia tidak melakukan tahzib an-nafs, lihat bagaimana kesudahannya. Ia memiliki akal namun tidak mengambil manfaat dari akalnya. Akal yang dengannya Tuhan disembah dan melaluinya surga dicapai.

وَ بَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَ التَّمْوِيْهِ

“Dan jauhkanlah aku di bulan ini dari kebodohan dan kesesatan.”
Kebodohan merupakan akar segala kejahatan. Bodoh dan kebodohan pertanda tiadanya cahaya, sebagaimana ilmu merupakan cahaya maka kebodohan merupakan kegelapan. Kesulitan yang dihadapi oleh sebuah kaum bersumber dari kebodohan mereka. Kebodohanlah yang menyeret masyarakat kepada kegelapan. Kita memohon kepada Allah SWT supaya kita terjauhkan dari kebodohan dan kesesatan.
Safih (bodoh) adalah lawan kata dari hakim dan cendekia dan safahat merupakan kontra hikmah dan akal. Tamwih adalah kelicikan, berpura-pura, penuh trik. Tamwih bersumber dari kebodohan dan kedunguan. Dalam mengurai makna safahat disebutkan bahwa maknanya adalah pekerjaan yang tidak masuk akal, berpikir tidak tertata, berkata-kata tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Tamwih, mengemasi barang palsu sebagai barang asli, memperlihatkan sesuatu sebagai kebenaran tetapi sejatinya kebatilan, memamerkan loyang sebagai emas, menyuguhkan bubur sebagai tinja. Imam Mujtaba  pernah ditanya ihwal safahat,  jawabnya: “Orang yang mengejar yang rendah dan menyesatkan sahabatnya.” (Bihârul Anwâr) Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa: “Kebodohan merupakan senjata orang-orang dungu, kendaraan kejahatan dan kunci kebencian.” 
Orang dungu dalam ucapan dan perbuatan, dalam pikiran dan tindakan, dalam pergaulan dan interaksi sosial adalah orang-orang yang terlelap dan penuh fantasi, penuh harapan-harapan yang tak akan kunjung terpenuhi.
Mukmin yang berakal memohon kepada Allah SWT kiranya dijauhkan dari kedua kejelekan ini dan hidup dalam pancaran cahaya akal, visi (bashirat) dan hikmat.
Imam Ridha bersabda: “Sahabat bagi setiap orang adalah akalnya dan musuhnya adalah kedunguannya.” Imam ‘Ali bersabda: “Kebodohan merupakan penyakit yang paling buruk.” Lagi dari lisan suci Imam ‘Ali: “Kebodohan merupakan akar segala kejahatan.” “Sekiranya para hamba berhenti tatkala ia tidak tahu maka ia tidak akan kafir dan tersesat.” 
Iya dalam safahat terpendam kedunguan, adapun tamwih merupakan penyalahgunaan akal yang menyesatkan masyarakat, penuh dusta dan tipu-daya.
Syahdan sekelompok pendukung Muawiyah mengejek dengan membanding-bandingkan Imam Ali dan Muawiyah bahwa Muawiyah dalam urusan politik lebih lihai dan cerdik ketimbang Imam Ali. Mendengar hal ini, Imam Ali berkata: “Sekiranya kalau bukan karena takwa, maka akulah orang yang paling lihai dan cerdik berpolitik di dunia Arab.” Politik yang diterapkan oleh Muawiyah adalah jenis penggunaan tamwih. Berpura-pura dalam jubah kesalehan dan takwa namun menikam Islam dari dalam. Tentu politik yang diseru Imam ‘Ali adalah bukan politik abad jahiliyah ala Mu’awiyah yang mengedepankan al-ghaya tubarrir al-wasilah atau di zaman modern politik the end justifies the means ala Macheavelli yang serba menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Politik yang jauh dari bau dan semerbak takwa.  Pada musim-musim pemilihan CAPRES/CAWAPRES, politik semacam ini ramai dipraktikkan orang dimana-mana. Menurut orang-orang seperti ini berpolitik adalah the art of possiblity. Segalanya serba mungkin, dengan trik dan tipu-daya kalau perlu.

وَ اجْعَلْ لِيْ نَصِيْبًا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ  

Dan limpahkanlah kepadaku sebagian dari setiap kebajikan yang Engkau turunkan di bulan ini.  
Seorang Mukmin pada setiap keadaan akan bersikap qanaah. Dalam menuntut kebaikan itu pun dari sumber kebaikan dan mata-air emanasi ia tidak puas dan ingin setiap kebaikan yang diturunkan Tuhan ia ingin mengambil saham dan bagian.
Keinginan ini menandaskan keluasan pandangan dan ketinggian spirit seorang pendoa. Tatkala sosok di hadapan yang kita pintai, Tuhan yang merupakan samudera kedermawanan dan kepemurahan. Keagungan Tuhan menuntut bahwa apa yang kita minta juga harus merupakan sesuatu yang agung. Di bawah kolong langit ini, terdapat banyak orang yang menengadahkan tangannya meminta kepada Tuhan. Kita pun di hari  ini dan di saat ini juga ikut dalam barisan orang-orang tersebut mengulurkan tangan kepada Tuhan untuk meminta saham dari segala kebaikan yang diturunkan di muka bumi. Segala keindahan, keagungan, kesempurnaan yang merupakan kebaikan kiranya diberikan kepada kita di hari ini. Menjalankan puasa, menegakkan shalat, meraih keridhaan Tuhan, mendapatkan taufik membaca ayat tadwini dan takwini, anugerah pikiran yang tajam dan kecerdasan, seluruhnya merupakan kebaikan (di samping kebaikan-kebaikan lainnya) dari Tuhan di bulan ini.

            ، بِجُوْدِكَ يَا أَجْوَدَ الْأَجْوَدِيْنَ

Kita memohon kepada Zat Yang Mahadermawan dan fayyadh mutlak yang tiada melebihi dan mengungguli kedermawanannya. Kedermawanannya tidak mengurangi rahmat-Nya. Kepemurahan-Nya tidak membuat orang merasa berhutang-budi atau jasa. Pemberian-Nya tanpa pamrih tidak sebagaimana makhluknya memberi. Manusia sebagai makhluk tatkala memberikan sesuatu berharap sesuatu sebagai imbalannya. Namun Tuhan Mahadermawan dan Kedermawanan adalah sifatnya. Di penghujung doa ini kita ingin menyampaikan bahwa Tuhanku aku tidak akan bakhil, aku ingin memberikan manfaat dan berlaku kebaikan kepada orang lain. Aku ingin mencapai derajat jud (dermawan) tanpa adanya sifat ini sekali-kali aku tidak akan sampai pada Yang Mahadermawan. Tuhanku tanamkan pada diriku sifat dermawan sehingga menjadi pancaran sifat jawâd-Mu. Amin Yaa Rabbal Alamin ..

Minggu, 16 Oktober 2011

SYAIR KEHIDUPAN

Dahulu jiwa tercipta tidak ada yang percaya
Bahwa jiwa akan berbuat Aniaya terhadap sesama
Atas kasih sayang jiwa menjadi mulia
Semesta sujud berikan penghormatan

Jiwa turun kedunia karena wanita
Karena wanita jiwa mengerti arti bahagia
Wanita dicipta untuk jiwa agar memahami arti cinta
Dgn cinta jiwa mengerti bahwa jiwa adalah seorang hamba

Cinta bukan memiliki akan tetapi hanya ingin dimiliki
Biarlah cinta yang membawa jiwa kepada pemiliknya
Hanya Tulus dan Ikhlas yang membuat cinta itu bermakna
Karena Cinta telah cukup untuk cinta

Yang Maha Esa Mencipta alam semesta
Yang Maha Esa Mencipta manusia bukan dengan sia-sia
Tetapi hanya ingin menunjukkan apa itu bahagia
Agar manusia mengerti bahwa ia adalah seorang hamba yang memiliki Raja

Manusia turun kebumi untuk diuji
Untuk menjadi manusia sejati
Muliakan hati untuk mendapatkan derajat tertinggi
Menjadi kekasih yang dikasihi dan diberkati

Apakah Dunia tak seindah rupanya
Menipu dan memperdaya selama hidupnya?
Dunia ini telah menenggelamkan manusia, begitu kejamkah dunia ?
Sesungguhnya dunia dicipta untuk melayani dan dilayani, 
akan tetapi manusia sendiri yang tak tau diri,Egois bahwa manusia paling sempurna.

Bencana alam terjadi bukan karena usia dunia yang sudah tua
Tetapi manusia yang berbuat semena - mena terhadapnya
hanya ingin dilayani tetapi tidak ingin melayani
bencana tercipta karena manusia lupa hingga Yang Maha Murka

Hanya jiwa yang mengerti jiwanya
Hanya Jiwa yang sadar dapat mengerti jiwanya
Bahwa jiwa tidak selamanya didunia
Bahwa usia telah berkurang dalam dunianya

Jiwa tercipta untuk menjadi bahagia dan merdeka
Jiwa merdeka, hanya ikhlas yang ada
Saat Yang Maha berkata Inilah saatnya engkau kembali
Jiwa Pasrah dan rela

Assalamualaikum ucap jiwa dalam hati
Jiwa Panjatkan doa sekedar berharap kepada ilahi
Mengetuk pintu sebagai tamu
Berharap diterima sebagai tamu yang diharapkan.

Oh, Pantaskah aku bertamu dengan ini?
Tanpa busana kebanggaan yang melekat pada diri
Akankah jiwa dihormati dan tidak dipandang setengah hati
Kukatakan padamu bahwa tuanku seorang pemurah hati.

Kemewahan tidak membuat jiwa mulia
Tanpa busana pun manusia bisa menjadi mulia
Bukankah jiwa datang tanpa harta?
Dan tahukah kamu harta apa yang paling mulia?

Sang Maha mewariskan Surga dan neraka
Bagi Hamba Yang bertaqwa dan durhaka
Puja dan Puji Bagi sang Maha
Engkau adalah Keadilan ilahi

Engkau cipta sang kaya
Agar mereka bisa memberi dan menerima
Perbedaan yang berarti sama
Bahwa mereka sebenarnya tiada memiliki apa-apa.

Menunggu


Lembayung senja penghias mega tampak indah
menabur berjuta kasih di hari nan cerah
inginnya engkau berada di sisiku
jalani malam yang kelam tak berbintang
namun yang nyata ku hanya terpaku sendiri
menahan berat himpitan rindu hati

Batin tersiksa namun tiada terasa
dan yang ada hanya penantian yang percuma
masih panjang perjalanan sisa hidupku
bertabur semburat duka penghias lara
hening....hampa terasa kehidupan ini
jika tiada ku dapat hadirmu bersama hari

Diam sendiri terdengar kidung penuh memory
curahkan segala kerinduan berhias siksa hati
aku hanya berharap dapat berjumpa denganmu
walau engkau tak mungkin jadi milikku
hanya satu keinginanku
kuingin engkau selalu hadir di sela nafasku
walau engkau hadir bukan untuk bersatu,tapi..
cobalah pandang bentang angkasa di ufuk senja
jika esok mentari terbit kembali,itulah tanda
diriku di sini masih menunggu dengan setia.....

Rabu, 12 Oktober 2011

Memaknai Arti CINTA


Cinta Yang sesaat tak layak untuk dicintai,
Cinta yang tak kekal tak Layak untuk dikenang,
Cinta adalah anugerah terindah yang pernah diberikan oleh Tuhan-ku yang MahaAgung,
sehingga dengan rasa Cinta ini,aku dapat menangis ketika melihat saudari-saudariku yang muslimah mulai meninggalkan kewajiban menutup Auratnya,aku khawatir mereka menjadi bahan penggang api neraka ,karena Tuhan-ku berkata bahwa kebanyakan penduduk neraka adalah wanita,
Dengan rasa Cinta ini pula,aku bisa MARAH !!!
Ketika YahudiYahudi itu membantai saudara-saudaraku di Palestina sana,
Yang tak menyisakan apa-apa selain ketakutan dan kesengsaraan bagi saudaraku disana,
Dengan Rasa Cinta Ini pula,aku bisa sedih yang luar biasa,
Ketika Mulut-mulut mereka bisa lancang menghina nabiku yang paling kusayangi,
Bagaimana mungkin saudara-saudaraku tak memiliki sedikitpun kepeduliaan terhadap masalah ini,bagaimana mungkin mereka lebih sibuk dalam kemaksiatan seperti Pacaran dan lebih memilih untuk acuh tak acuh.
ketika saudaraku di sini tertawa di sisi dunia lainnya saudaraku yang lain menangis,
Dengan rasa cinta ini pula aku bisa Tersenyum,ketika aku menemukan teman2 sejati yang menemani perjalanan da’wah yang panjang ini. mereka membuatku bangkit setelah merasa keletihan, Mereka membuatku besar hati ketika da’wah ini tak kunjung membuahkan hasil,sungguh aku sangat mencintai mereka,
Dengan rasa Cinta ini pula aku bisa bersyukur, ya dilahirkan sebagai muslim dan dibimbing oleh keluarga ku untuk mengenal Tuhan-ku yang Maha Besar Sungguh kenikamatan ini tak mungkin bisa kubayar dengan cara apapun,
Ya ALLOH terima kasih atas semuanya, Ya ALLOH aku mencintaimu karena kau berhak menerimaNya,
Ya ALLOH jadikanlah hatiku hanya Tertulis namamu saja,agar aku tak pernah menduakan engaku dengan Yang Lainnya,
Hamba Yang Fakir

Sabtu, 01 Oktober 2011

SADAR AKAN RADIASI PONSEL


Kemajuan teknologi dan industri selalu dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa teknologi di Indonesia dan industri yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Tingkat kehidupan yang baik selalu mengusahakan kemudahan-kemudahan dalam berkomunikasi, antara lain dengan diciptakannya telepon seluler yang disingkat ponsel suatu jenis telepon nir kabel yang mudah dibawa kemana-mana dan praktis karena ukurannya yang kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam saku. 
Perkembangan kecanggihan Tekonologi saat ini terkait dengan system Cyber-Education di KMTE UGM, melihat kemungkinan pengaruh adanya radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh emiter ponsel terhadap tubuh manusia. 
Suatu penelitian yang pada saat ini sedang dilakukan di Universitas Lund (Swedia) menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat mempengaruhi fungsi enzim dan protein. 
Penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan menunjukkan adanya perubahan biokimia dalam darah tikus, yaitu terjadinya perubahan protein albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak. Professor Leif Salford seorang peneliti masalah dampak pemakaian ponsel terhadap kesehatan, mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari ponsel dapat memicu timbulnya penyakit "alzheimer" atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya. Alzheimer adalah salah satu penyakit yang menyebabkan menurunnya kemampuan berfikir serta kemampuan mengingat-ingat atau memori, sehingga gejala penyakit alzheimer mirip dengan orang tua yang pikun. Walaupun belum terbukti secara langsung bahwa penggunaan ponsel adalah penyebab utama timbulnya penyakit alzheimer, namun menurut Prof. Leif Salford akibat yang mungkin ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja, tapi harus secara cermat diteliti segala kemungkinan yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian ponsel. Hal ini sebenarnya disebabkan karena kekhawatiran manusia berdasarkan pengalaman 80 tahun yang lalu, yaitu pada saat para dokter waktu itu senang menggunakan pesawat sinar-x (pesawat Roentgent) untuk berbagai keperluan diagnosis. Oleh karena pada waktu itu belum diketahui dampak pemakaian sinar-x, maka dokter menggunakannya tanpa memakai pakaian proteksi radiasi atau jas apron, sehingga setelah berselang beberapa tahun ternyata banyak dokter yang menderita kanker kulit. Nah, atas dasar pengalaman ini maka para ahli saat ini sedang berusaha untuk meneliti kemungkinan adanya dampak dari pemakaian ponsel terhadap kesehatan manusia. 

Kemajuan teknologi komunikasi pada saat ini terasa begitu cepat. Hal ini tampak dari terus berkembangnya berbagai macam jenis telepon, dari jenis telepon kabel yang konvensional sampai dengan jenis telepon nir kabel seperti handy talky atau "ht", telepon seluler atau sering disingkat "ponsel" dan jenis terakhir yang sedang dikembangkan adalah telepon yang dilengkapi dengan layar monitor untuk melihat lawan bicara yang dinamakan juga "tvphone".
Telepon nir kabel, khususnya telepon seluler yang sudah banyak dipasarkan pada saat ini mempunyai frequensi 450 MHZ dan 900 MHz. Ponsel dengan frequensi 1800 MHz dalam waktu dekat ini akan mulai memasuki pasaran dan sudah barang tentu akan ditawarkan dengan berbagai macam kelebihan dibandingkan dengan ponsel yang sudah ada. Bila dilihat dari frequensi yang digunakan, maka panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari ponsel akan berkisar antara 1 meter sampai dengan 0,01 meter. Oleh karena komunikasi menggunakan ponsel akan megeluarkan gelombang elektromagnetik, maka radiasi elektromagnetik yang keluar dari emiter ponsel secara teoritis akan berdampak pada tubuh manusia, khususnya bagian kepala sekitar telinga. Tulisan ini akan menjelaskan secara garis besar energi radiasi yang keluar dari emiter ponsel dan pengaruhnya terhadap jaringan tubuh. 

Telepon seluler atau ponsel yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini, memang sangat membantu dalam hal kemudahan berkomunikasi. Ukuran ponsel makin lama makin kecil agar lebih praktis mudah dimasukkan ke dalam saku dan kelebihannya makin lama makin canggih. Kecanggihan dan kelebihan ponsel tidak lain adalah waktu selalu ditemukan hal yang baru. Akan tetapi satu hal yang perlu diingat bahwa pancaran sinyal dari emiter ponsel selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik.

Dampak Radiasi Ponsel

Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi. Hal-hal inilah yang pada saat ini sedang diteliti oleh Prof. Leid Salford, yaitu dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia.
Pengamatan lebih jauh mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia, ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia yang berada pada sekitar instalasi radar. Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama. Agitasi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik. Kalau intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi, dampak yang ditimbulkan mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir. Peristiwa agitasi oleh gelombang mikro yang perlu diperhatikan adalah yang berdaya antara : 4 mW/cm2 ~ 30 mW/cm2. Agitasi bisa menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia dan ini dapat berpengaruh terhadap kerja susunan syaraf, kerja kelenjar dan hormon serta berpengaruh terhadap psikologis manusia. Menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi. Hal-hal inilah yang kemungkinan diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit "alzheimer" yang pada saat ini tengah diteliti oleh Prof. Leid Salford. Alzheimer atau timbulnya kepikunan yang terlalu dini, sudah barang tentu sangat merugikan manusia karena jelas akan menurunkan produktivitas kerja seseorang.
Hal penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman. Nilai ambang batas aman sebesar 10 mW/cm2 ini berlaku di Amerika, sedangkan untuk negara-negara lain belum dicapai kata sepakat berapa sebenarnya nilai ambang batas aman tersebut. Sebagai contoh, Rusia menetapkan nilai ambang batas aman adalah 0,01 mW/cm2, jauh lebih kecil (1/1000 nya) nilai ambang batas aman yang ditetapkan oleh Amerika. Jadi mengenai penetapan nilai ambang batas aman masih perlu diteliti lebih jauh lagi, demi keselamatan pemakai gelombang mikro termasuk pula terhadap pemakaian ponsel. Kekhawatiran terhadap adanya radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, ternyata telah dimanfaatkan secara psikologis oleh produsen peralatan proteksi radiasi yang ditimbulakan oleh ponsel. Pada saat ini memang telah diperdagangkan suatu alat yang dikatakan dapat memproteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pontel, terutama yang katanya dapat menembus dan mempengaruhi jaringan otak manusia. Seberapa jauh efektifitas alat proteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pemakaian ponsel, sejauh ini masih perlu diteliti kebenarannya. Namun yang jelas, dampak psikologis terhadap kemungkinan adanya pengaruh radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, telah dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual peralatan proteksi tersebut. Peralatan proteksi radiasi tersebut ada yang berlabel buatan Amerika dan berbentuk cincin yang menurut "petunjukknya" harus ditempelkan pada bagian telinga agar radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak sampai ke jaringan otak. Harga yang ditawarkan untuk peralatan proteksi radiasi tersebut berkisar Rp 25.000,- per buah. Ada juga peralatan lain yang dikatakan sebagai reduktor radiasi elektromagnetik ponsel berupa loudspeaker telinga yang dilengkapi dengan extension kabel atau lebih populer dengan sebutan alat "hands free". Dengan alat hands free ini orang dapat berkomunikasi via ponsel tanpa memegang ponsel. Harga peralatan jenis terakhir ini ditawarkan dengan harga bervariasi antara Rp. 50.000 – Rp. 80.000,- tergantung dari jenis / merk ponselnya. Alat ini agaknya masih dekat denga tubuh karena pada umumnya dimasukkan ke dalam saku baju. Namun sekali lagi, seberapa jauh efektifitas peralatan proteksi radiasi elektromagnetik tersebut, kiranya masih perlu diteliti lebih lanjut. Satu hal yang pasti dan perlu diperhatikan adalah berkomunikasilah dengan ponsel seperlunya saja, agar waktu kontaknya singkat sehingga dosis yang diterima kecil dan waktu kontak yang singkat juga berpengaruh terhadap kantong Anda, karena menghemat pemakaian pulsa ponsel. 

Inilah beberapa tips yang sekiranya berguna untuk menghindari radiasi dari ponsel.

1.    Batasi Penggunaan Waktu bicara
Biasakan untuk membatasi waktu bicara di ponsel, paling tidak persiapkan terlebih dahulu materi untuk pembicaraan. Setelah dua menit Anda berbincang di ponsel maka aktifitas natural electrical akan mulai meningkat ke otak.

2. Rentan Terhadap Anak-anak
Anak-anak tentu memiliki ketahanan fisik yang lebih lemah ketimbang orang dewasa, termasuk dalam hal radiasi ponsel. Untuk itu biasakan Anak Anda untuk tidak terlalu sering memanfaatkan ponsel untuk aktifitas voice. Tapi Anak-anak perlu juga diberi pemahaman untuk pemanfaatan ponsel dikala darurat.

3. Manfaatkan Airtube Headset
Walau telah menggunakan headset bukan berarti Anda bisa terbebas dari efek radiasi. Salah satu solusi yakni manfaatkan airtube headset. Jenis headset ini dilengkapi lubang atau rongga pada speakernya.

4. Jangan Masukkan Ponsel di Saku Celana
Material bahan di celana kadang dapat menjadi konduktor yang cepat untuk radiasi, ketimbang reaksi ke bagian kepala. Salah studi mengungkapkan posisi ponsel di saku celana, terutama dekat lipatan paha bisa berpengaruh pada kualitas sperma hingga turun 30 persen. Ini bisa menjadi perhatian penting bagi para pria.

5. Jeda Saat Melakukan Panggilan
Saat Anda menggunakan ponsel tanpa headset, tunggu beberapa saat sampai panggilan Anda terkoneksi ke jaringan operator, baru kemudian tempelkan telinga ke speaker. Sedikit banyak hal ini bisa mengurangi efek radiasi.

6. Jangan Gunakan Ponsel di Elevator
Elevator (Lift) telah menjadi standar fasilitas di gedung-gedung bertingkat. Elevator pun kini sudah banyak yang dilengkapi penguat sinyal oleh para operator. Namun ada pendapat untuk menunda bertelepon di dalam ruang metal tertutup, dalam hal ini adalah elevator dan kendaraan box. Alasannya aktifitas ponsel dapat memicu hukum Faraday sehingga bisa menjebak radiasi yang dipancarkan dan di khwatirkan akibatnya berbalik ke pengguna.

7. Indikator Kekuatan Sinyal
Dikala ingin melakukan panggilan, sebaiknya perhatikan pula kondisi jaringan operator di layar ponsel. Jika melakukan panggilan di saat sinyal lemah atau satu bar maka proses kerja ponsel untuk terkoneksi ke jaringan operator bertambah berat. Ini juga membawa efek pada tingkat radiasi.

8. Gunakan Ponsel dengan SAR Rendah
Setiap ponsel yang beredar memiliki tingkat SAR (specific absorption rate) yang berlainan. SAR diartikan sebagai ukuran tingkat penyerapan energi dari RF (radio frequency) yang dapat masuk ke dalam tubuh. Semakin rendah tingkat SAR maka kian bagus ponsel yang dimaksud. Indikator SAR umumnya sudah disertakan dalam buku manual pengoperasian ponsel.

9. EMF Protection
Gunakan perangkat baik ponsel ataupun lainnya dengan validasi EMF (electronic filed) protection. Salah satu yang mencuat saat ini seperti pemanfaatan bio energy. Radiasi EMF dapat bersifat kumulatif pada tubuh Anda, wujud yang paling mudah dilihat yakni biological stress.

10. Mengkonsumsi Suplemen
Radiasi dari perangkat Microwave di base station dapat mengurangi tingkat anti oxidant di dalam tubuh. Hal ini bisa menjadi ancaman sebab anti oxidant diperlukan tubuh untuk perlindungan dan membawa pengaruh pada indikator stress, infeksi dan penyakit-penyakit lain. Untuk itu Anda perlu mengkonsumsi suplemen yang mengandung elemen Melatonin, Zinc, Gingko Biloba dan Bilberry Extract. Keempat elemen tersebut bisa meningkatkan anti oxidant, melindungi sel otak dan kesehatan mata.

Sekilas Tentang Dunia Sistem Informasi


Pertama, Jurusan Ilmu Komputer itu adalah jurusan yang mempelajari segala hal yang berkaitan dengan komputer, baik dari segi Hardware maupun softwarenya.Bagi yang berminat di bidang Hardware lebih baik mengambil jurusan teknik komputer, sedangkan bagi yang lebih berminat pada bidang software dapat memperdalam di jurusan Teknik Informatika.

Ilmu komputer secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik tentang komputasi, perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Ilmu komputer mencakup beragam topik yang berkaitan dengan komputer, mulai dari analisa abstrak algoritma sampai subyek yang lebih konkret seperti bahasa pemrograman, perangkat lunak, termasuk perangkat keras. Sebagai suatu disiplin ilmu, Ilmu Komputer lebih menekankan pada pemrograman komputer, dan rekayasa perangkat lunak (software), sementara teknik komputer lebih cenderung berkaitan dengan hal-hal seperti perangkat keras komputer (hardware). Namun demikian, kedua istilah tersebut sering disalah-artikan oleh banyak orang.

Prospek / Lapangan kerja bagi lulusan Ilmu Komputer: Sarjana Ilmu Komputer sering dibutuhkan hampir di semua perusahaan karena pada saat ini tidak terlepas dari peranan komputer.

Teknik Informatika adalah jurusan yang mempelajari bagaimana logika-logika matematika yang digunakan pada sistem informasi. Perancangan desain informasi, pembuatan software, web design, dll merupakan hal yang menjadi bidang garap jurusan ini Kemampuan di bidang matematika akan sangat diperlukan dalam mendalami bidang informatika.

Prospek / Lapangan kerja bagi lulusan Teknik Informatika: Berbagai perusahaan yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi sangat membutuhkan jurusan ini, seperti PT Telkom, Indosat dan dapat bekerja mandiri sebagai programming, perancang web dll.

Sistem Informasi adalah jurusan yang pada dasarnya masih berkaitan dengan informatika. Bisa dikatakan bahwa sistem informasi merupakan salah satu aplikasi dari Teknik Informatika.

Sistem Informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi yaitu: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. 'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan.

Prospek / Lapangan kerja bagi lulusan Sistem Informasi: Berbagai perusahaan seluler, Stasiun Televisi, Departemen Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja dan kantor-kantor lain yang banyak menggunakan database sebagai acuan.

Berbeda dengan jurusan – jurusan komputer lainnya, Sistem Informasi merupakan jurusan yang terbilang baru dibandingkan dengan jurusan Teknik Informatika ataupun jurusan – jurusan komputer lainnya yang ada di Indonesia. Sebagian besar para pelajar yang melanjutkan di jurusan Sistem Informasi awalnya hanya sekedar pilih jurusan tersebut tanpa tahu tentang Sistem informasi itu sendiri dan sebagian lainnya pilihan kedua dari jurusan yang mereka pilih waktu SNMPTN. Namun jangan khawatir, Jurusan Sistem informasi memiliki prospek yang lebih cerah dibandingkan dengan jurusan-jurusan komputer lainya. Kini hampir setiap perusahan – perusahan membutuhakan suatu sistem informasi untuk mengatur kegiatan bisnis mereka agar dapat bersaing di pangsa bisnis global. Untuk lebih pahamnya kita dapat analogikan Sistem Informasi dengan jurusan – jurusan komputer lainnya sebagai sebuah komponen teknologi komputer. Tekinik informatika dan jurusan – jurusan komputer lainnya ibarat sebuah hardware, software, data, dan jaringan. Maka sistem informasi adalah brainwarenya, sistem infomasi merupakan pengendali dari semua komponen – komponen tersebut yang membentuk suatu sistem dimana berfungsi untuk memasukan, menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi untuk menghasilkan suatu pendukung keputusan. Jadi, Sistem Informasi menghasilkan manajer – manajer di bidang Teknologi Informasi (TI / IT) yang bertugas untuk mengkoordinasikan suatu sistem di perusahan..Namun, tidak hanya sekedar mencetak manajer – manajer perusahaan, Sistem Informasi sangatlah luas dalam bursa persaingan kerja di bidang teknologi – teknologi komputer lainnya. Jadi, buat anda yang ingin melanjutkan kuliah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya komputer,kini jangan ragu bergabunglah dengan keluarga besar Sistem Informasi, pastikan Anda menjadi salah satu bagian dari Sistem Informasi yang terdepan.

Programmer
Baik sebagai system programmer atau application developer, sarjana IF sangat dibutuhkan di berbagai bidang, misalnya bidang perbankan, telekomunikasi, industri IT, media, instansi pemerintah, dsb.

Software Engineer / Web engineer
Berperan dalam pengembangan perangkat lunak untuk berbagai keperluan. Misalnya perangkat lunak untuk pendidikan, telekomunikasi, bisnis, hiburan, dan sebagainya.

System analyst dan system integrator
Berperan dalam melakukan analisis terhadap sistem dalam suatu instansi atau perusahaan dan membuat solusi yang integratif dengan memanfaatkan perangkat lunak.

Konsultan IT
Database Engineer / Database Administrator
Berperan dalam perancangan dan pemeliharaan basis data suatu instansi atau perusahaan.

Web Engineer / Web Administrator
Bertugas merancang dan membangun website beserta berbagai layanan dan fasilitas yang berjalan di atasnya. Ia juga bertugas melakukan maintenance untuk website tersebut dan mengembangkannya.

Computer network / Data Communication Engineer
Bertugas merancang aristektur jaringan, serta melakukan perawatan dan pengelolaan jaringan dalam suatu instansi atau perusahaan.

Selain bidang-bidang profesional di atas, sarjana IF juga dapat bekerja di bidang lainnya. Misalnya di bidang pendidikan atau dalam bidang keilmuan dengan menjadi peneliti di lembaga-lembaga penelitian seperti di LIPI, BPPT, dan Badan Penelitian dan Pengembangan di perusahaan.